Bindara Saod ditahan ditempatkan dekat pintu gerbang oleh Sang Ratu, setelah empat puluh hari, lalu dipanggil menghadap kehadapannya di pendopo agung, ternyata disana teIah disediakan penghulu untuk menikahkan antara Bindara Saod dengan Sri Ratu
Tirtonegoro. Setelah Bindara Saod dijadikan suami Ratu Tirtonegoro maka diangkat sebagai Mantri dengan gelar Tirtonegoro.
Perkawinan Ratu Tirtonegoro dengan Bindara Saod banyak sentana keraton yang tidak senang, terutama Patih Purwonegoro. Beliau sangat benci dan dendam pada Bindara Saod, dengan demikian setiap ada sidang paripura di pendopo agung dirinya tidak pernah hadir. Patih Purwonegoro setiap hari selalu mengasah pedangnya yang katanya akan ditebaskan pada leher Bindara Saod. Hal tersebut terdengar oleh Sang Ratu, maka diadakannya siasat untuk mengantisipasi kemarahan Patih Purwonegoro.
Suatu ketika diadakan sidang paripurna di pendopo agung, Sang Ratu memerintahkan agar Mantri gedung Ki Sawunggaling duduk di kursi yang biasa diduduki oleh Bindara Saod yang didampingi oleh Ki Singotruno. Ketika itu Patih Purwonegoro datang dengan pedang terhunus untuk membunuh Bindara Saod, karena tidak paham betul pada wajahnya, maka Ki Sawunggaling disangka Bindara Saod, lalu ditebas kepalanya. Sawunggaling cepat menunduk dan pedang Purwonegoro lewat diatasnya dan mengenai tiang keraton, menancap agak dalam tak bisa dicabut. Ketika itu Ki Singotruno Iangsung menusukkan tombaknya ke lambung Purwonegoro hingga tewas seketika. Setelah kejadian tersebut maka Ki Singotruno diangkat sebagai Patih Sumenep menggantikan Purwonegoro.