Perlu diketahui bahwa Bindara Saod adalah putra Ke Abdullah Batuampar, yang juga masih berstatus suami dan Nye Izza. Nyai Izza adalah putri dari Ke Jalaluddin Parompong. Sedangkan Ke Jalaludddin adalah putra Ke Abdullah / Ke Nengngah Ngen-bungen, hasil perkawinan dengan istrinya yang bernama Nye Cendir putri Hatib Paddusan bin Pangeran Katandur. Dan juga Ke Abdullah putra dan Ke Wangsadikara hasil perkawinannya dengan Nye Barokah atau Nye Berrek, yang juga putri Hatib Paranggan bin Pangeran Katandur. Jadi Nye Cendir dan Nye Berrek adalah saudara sepupu, sama cucu Pangeran Katandur, dengan demikian Ke Nengngah Ngin-bungin kawin dengan bibinya yakni sepupu dan ibunya sendiri.
Perkawinan Bindara Saod dengan Nye lzzsa dikaruniai dua orang putra, yakni Bahauddin dan Asiruddin yang lahir pada tahun 1731 Masehi, dan keduanya mondok belajar ilmu agama Islam di Ke Raba Pamekasan. Pada suatu ketika Ke Raba sedang melihat cahaya di surau yang sedang ditiduri para santrinya. Setelah memeriksa para santri ternyata di dahi Asiruddin tampat cahaya bagal kuang-kunang, yang takwilnya bahawa dirinya kelah akan menjadi peminpin besar.
Keesokan harinya Bahauddin dan Asiruddin diperkenankan pulang ke Batuampar oleh Ke Raba. Sesampainya di batuampar, nye Izza ibunya sedang dirundung duka karena Bindara Saod suaminya diambil oelh Ratu Tirtonegoro untuk dijadikan suaminya. Maka kedua putra Bindara Saod mohon ijin kepada ibunya untuk menyusul ayahnya ke keraton Sumenep, dan diijinkan.