Menurut cerita purbakala kurang lebih tahun 78 datanglah Adji Saka dari negeri Campa yang memperkenalkan Negara Hindu ke pulau jawa dan madura.
Pada saat itu mulai diadakan perhitungan tahun Saka dan memperkenalkan huruf :
1. Anacaraka
2. Data sawala
3. Padajayanya
4. Magabatanga
Dengan demikian setahap demi setahap kebudayaan hindu mulai tersebar dan menurut cerita sekaligus orang jawa dan madura diperkenalkan pada Agama baru ialah adanya kepercayaan terhadap :
1. Brahma
2. Syiwa
3. Wisnu
Beberapa abad kemudian, diceritakan, bahwa ada suatu negara yang disebut Mendangkamulan dan berkuasalah seorang Raja yang bernama Sangyangtunggal. Waktu itu pulau Madura merupakan pulau yang terpecah belah, Yang tampak ialah Gunung Geger di daerah Bangkalan dan Gunung Pajudan didaerah Sumenep. Diceritakan selanjutnya bahwa raja mempunyai anak gadis bernama Bendoro Gung. Yang pada suatu hari hamil dan diketahui Ayahnya.
Ayahnya beberapa kali menanyakan tetapi gadis itu tidak tau pula kenapa sebabnya ia hamil. Raja amat marah dan menyuruh Patihnya yang bernama Pranggulang untuk membunuh anaknya itu. Selama Pepatih itu tiidak dapat membuktikan bahwa anak itu sudah dibunuh ia tidak boleh kembali kekerajaan. Patih Pranggulang menyanggupinya dan membawa anak Raja Yang hamil itu kehutan, sesampainya dihutan ia menghunus pedangnya keleher gadis itu tetapi setelah ujung pedang mau sampai keleher Bendoro Gung pedang itu jatuh ketanah begitulah sampai 3 kali, Pranggulang ahirnya meyakinkan dirinya bahwa hamilnya Bendoro Gung bukanlah hamil karena perbuatannya sendiri.
Karena itu ia tidak melanjutkan untuk membunuh anak Raja itu tetapi ia memilih lebih baik tidak kembali ke Kerajaan. Pada saat itu ia merubah nama dirinya dengan Kijahi Poleng dan pakaiannya di ganti juga dengan Poleng (Arti Poleng,kain tenun Madura). Ia lalu membuat rangkaian kayu-kayu (bahasa Madura Ghitek). Dan gadis yang hamil itu didudukkan di atasnya, serta gitek itu di hanyutkan menuju ke Pulau “Madu Oro”.
Inilah asal mula Pulau Madura, sebelum berangkat Kijahi Poleng memesan kepada Bendoro Gung Untuk memukul kakinya diatas tanah jika ada keperluan apa papa maka Kijahi Poleng akan datang untuk membantunya, Selanjutnya ghitek itu terus menuju “Madu Oro” dan terdampar di Gunung Geger gadis hamil itu terus