Pertahanan Benteng Gresik dari Serangan Pasukan Madura

Terlambat bantuan para jawara ini berpapasan dengan pasukan Madura yang mengotong mayat temannya dan yang sedang terluka. Dalam situasi perang ini maka Bupati Joyonegoro menyimpulkan bahwa pasukan Madura tidak akan berani lagi untuk menyerang benteng pertahanan Kedungsekar. Maka Joyonegoro mempersilahkan pasukannya Ponorogo untuk pulang ke daerahnya sedangkan beliau siap-siap menuju Gresik.

Dalam kondisi persiapan menuju Gresik ternyata pasukan Madura yang dipimpin langsung Demang Dewa Raga beserta para hario dan para panji kembali menyerbu benteng Kedungsekar. Pertempuran hebat tidak dapat dielakkan namun untuk kesekian kalinya pasukan Madura mundur mundur dari Dusun Kedungsekar.

Bupati Joyonegoro masih menganggap kekuatan pasukan Madura masih sangat kuat untuk dapat dilumpuhkan tentaranya maka Joyonegoro beserta pasukannya yang berada di Kedungsekar itu bertekat untuk mengatur stategi lain dengan meninggalkan benteng menyelusuri arah timur menuju Dusun Pakal (wilayah Kabupaten Surabaya) tidak lama kemudian pindah ke Dusun Sememi.

Selama di Dusun Sememi ini ternyata Bupati Joyonegoro mendapat tawaran dari Kumpeni Belanda (VOC) untuk membantunya dalam upaya mengembalikan kekuasaan bupati yang sekarang pendopo sedang diduduki oleh Demang Dewa Raga atas nama Bupati Madura bernama Cakraningrat IV itu. Atas tawaran VOC ini maka disambut gembira oleh Bupati Joyonegoro dengan menerima tawaran tersebut. Selanjutnya dilakukan persiapan menggempur pasukan Cakraningrat IV oleh pasukan koalisi antara Gresik, pasukan Bupati Surabaya dan pasukan Kumpeni Belanda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.