[junkie-alert style=”green”] Di wilayah Kabupat en Sumenep, Madura, Jawa Timur, khususnya di Kecamatan Kota, Pondok Pesantren (Ponpes) Loteng Karangduak (Kelurahan Karangduak) merupakan pesantren tertua. Pondok pesantren yang berdiri di kampung Pasarsore kelurahan Karangduak ini pada masa lampau pernah menjadi pusat jujukan para ‘ulama besar Sumenep. Diceritakan beberapa tokoh kiyai besar Sumenep telah menjejakkan kakinya di pesantren ini demi mengenyam ilmu di situ. Di masa-masa periode awal, disebutkan beberapa nama yang pernah nyantri di ponpes Loteng, seperti diantaranya Kiyai Haji Zainal ‘Arifin Tarate, Kiyai Haji Abisyuja’ Kebunagung, Kiyai Haji Ahmad Bakri Pandian, dan lain-lain. [/junkie-alert]
Diceritakan beberapa tokoh kiyai besar Sumenep telah menjejakkan kakinya di pesantren ini demi mengenyam ilmu di situ. Di masa-masa periode awal, disebutkan beberapa nama yang pernah nyantri di ponpes Loteng, seperti diantaranya Kiyai Haji Zainal ‘Arifin Tarate, Kiyai Haji Abisyuja’ Kebunagung, Kiyai Haji Ahmad Bakri Pandian, dan lain-lain.
Sebutan Loteng pada pesantren ini secara sempit mengacu pada sebutan dhalem (rumah) Pangeran Kornel (Kolonel) Muhammad Nawawi Kusumosinerangingalogo, salah satu putra Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, Raja Sumenep yang wafat tahun 1854 Masehi. Loteng dalam bahasa Madura bermakna rumah berlantai dua (bertingkat). Memang pada waktu di jaman Pangeran Kornel, beliaulah yang pertama kali mendirikan bangunan rumah bertingkat dalam ukuran yang cukup luas dan besar di Sumenep. Tujuannya, disamping sebagai tempat kediaman juga berfungsi sebagai markas pengintai. Kebetulan Pangeran Kornel Nawawi memang menjabat sebagai kepala Angkatan Perang keraton yang bertugas menjaga wilayah utara.