Faktor yang berpengaruh atas perubahan yang terjadi pada diri imigran adalah perbedaan antara jumlah individu dalam lingkungan baru yang berbagi kebudayaan asli imigran dan besarnya masyarakat pribumi. Juga kekuatan dominan masyarakat pribumi mengontrol berbagai sumber dayanya mengakibatkan lebih banyak dampak pada kelanjutan dan perubahan budaya dari imigran. Proses akulturasi adalah suatu proses interaktif dan berkesinambungan yang berkembang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Salah satu bentuk adanya komunikasi dalam sebuah akulturasi budaya dapat dilihat pada hasil peninggalan berupa artefak-artefak, baik berupa karya seni rupa maupun arsitektur yang ada di suatu daerah. Pada kajian ini penulis membahas salah satu fenomena yang menarik sebagai bukti komunikasi tersebut yang sangat berperan dalam proses akulturasi budaya. Tujuan dari penulisan ini adalah mempaparkan adanya akulturasi budaya Madura, Cina dan Belanda pada karya arsitektur-interior Keraton Sumenep yang sampai sekarang masih terpelihara secara baik.
Variabel-Variabel Komunikasi Dalam Akulturasi Budaya
Proses komunikasi dalam akulturasi budaya, dipengaruhi oleh banyak varibel-variabel komunikasi. Salah satu kerangka konsep yang paling komprehensip dan bermanfaat dalam menganalisa akulturasi seorang imigran dari perspektif komunikasi terdapat pada perspektif sistem yang dielaborasi oleh Ruben. Dalam perspektif sistem, ada 3 unsur dasar sistem komunikasi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya melalui dua proses yang saling berhubungan, yaitu komunikasi personal, komunikasi sosial dan lingkungan komunikasi.
Pertama, komunikasi personal, adalah proses mental yang dilakukan manusia untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan dengan lingkungan sosial budayanya, mengembangkan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan merespon lingkungan. Dalam kontek akulturasi, komunikasi personal seorang imigran dapat dianggap sebagai pengaturan pengalaman akulturasi ke dalam sejumlah pola respon kognitif dan afektif yang dapat diidentifikasi dan konsisten dengan budaya pribumi. Salah satu variabel komunikasi personal terpenting dalam akulturasi adalah kompleksitas struktur kognitif imigran dalam hal ini orang-orang Cina dan Belanda dalam mempersepsi lingkungan pribumi (budaya Madura). Variabel lain komunikasi personal adalah citra diri imigran yang berkaitan dengan citra-citra imigran tentang lingkungannya. Aspek motivasi akulturasi seorang imigran terbukti fungsional dalam memudahkan proses akulturasi.