Gelaran parade budaya dan prosesi penobatan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Sumenep, Sabtu, 2 Nopember 2013, merupakan agenda kegiatan Pemerintah Kabupaten Sumenep, tentu diharapkan memberikan dampak psikologis bagi masyarakat. Khususnya untuk mengenal lebih jauh siapa tokoh utama pendirian Kabupaten Sumenep masa yang lalu.
Menurut catatan sejarah, lahirnya Kabupaten Sumenep mengacu pada Pelantikan Arya Wiraraja sebagai Adipati Sumenep yang pertama. Saat itu Kadipaten Sumenep berada dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari, dengan penguasanya Raja Kertanegara. Dengan demikian Arya Wiraraja dilantik oleh Raja Kertanegara, sehingga sumber prasasti yang berhubungan dengan Raja Kertanegara dijadikan rujukan bagi penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumenep.
Atas dasar fakta sejarah inilah maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan tanggal 31 Oktober 1269 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja serta kegiatan budaya lainnya. Dengan demikian Kabupaten Sumenep kini berusia 744 tahu.
Acara prosesi yang diawali dengan penobatan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Sumenep digambarkan penyambutan dengan gegap gempita rakyat Soengenep (Sumenep: red) atas penobatan Arya Wiraraja. Mereka dengan sukacita mempersembahkan hasil panen dan ternak mereka, sebagai pertanda dukungan terhadap penobatan Arya Wiraraja sebagai Adipati. Babak berikutnya prosesi dilanjutkan dengan penyerahan pataka dari Adipati ke Bupati, yang diterima langsung Bupati Sumenep, A. Busyro Karim,
Prosesi tersebut kental dengan nuansa keraton Soengenep itu, didukung sekitar 600 pelaku, sedang undangan yang hadi yang terdiri dari para pejabat Pemerintah Kabupaten Sumenep, mengenaikan pakai adat kraton, yaitu pakaian kebesaran bangsawan kreaton Sumenep tempo dulu
Bupati Sumenep A. Busyro Karim, menyatakan bahwa rangkaian acara Peringatan Hari Jadi Sumenep ini merupakan benteng untuk mengokohkan falsafah, tata nilai dan kretifitas seni yang tetap berpijak kuat terhadap akar tradisi.
Menurutnya Sumenep mentargetkan kunjungan wisatawan ke Sumenep tahun 2014 mencapai 1 juta orang. “Ini target yang masuk akal, karena melihat grafik yang ada, kunjungan wisatawan ke Sumenep terus meningkat dari tahun ke tahun,” katanya.
Selain itu, Busyro berharap agar Prosesi dan Pawai Budaya dalam rangkaian peringatan hari jadi Sumenep, bisa dijadikan ikon budaya. Acara tersebut merupakan tata nilai kreatifitas seni yang terbangun pada tradisi. “Jadi ada komitmen mempromosikan potensi wisata sumenep. Mubadzir kalau potensi yang dimiliki tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Busyro menambahkan, tari kolosal yang disajikan sengaja mengambil tema keris, mengingat Kabupaten Sumenep diakui sebagai daerah dengan pengrajin keris terbesar di Asia Tenggara. “Sumenep ini punya 543 pengrajin Keris. Terbanyak dibanding daerah-daerah lain. Keris dijadikan tema dalam tarian kolosal ini, karena keris memiliki nilai filosofi luhur, yakni dinamika dan kejayaan,” tuturnya.
Gelaran prosesi Hari Jadi Kabupaten Sumenep yang difokuskan di depan Masjid Agung, Jl. Jendral Sudirman itu, dimulai sekitar pukul 9 pagi itu, nampkanya mendapat antusias masyarakat Sumenep untuk melihat dan menikmati gelaran, yang mengakibatkan membludaknya penonton di sepanjang jalan utama Kota Sumenep.
Hal ini tentu dipahami, mengingat peristiwa budaya semacam itu, jarang dan bahkan langka disajikan untuk mesyarakat Sumenep khususnya, sehingga peristiwa kebudayaan semacam paling tidak menjadi pelepas rindu masyarakat terhadap kekayaan budaya daerahnya yang makin lama, makin tidak banyak dinikmati.