Arach Djamali,(almarhum) lahir di Sumenep tanggal 15 Pebruari 1939, dengan nama Abd. Rachem. Hidup bersama seorang istri, lima anak dan enam cucu menurutnya cukup memberikan kebahagiaan tersendiri, karena paling tidak “amanah” yang ia jalankan selama pengabdiannya sebagian telah dilaksanakan.
Sastrawan yang dikenal sebagai budayawan Madura, dalam percaturan bahasa dan sastra Madura, bukan orang baru lagi. Selain menulis puisi berbahasa Madura, juga cerita serta sebagai redaktur dan pengasuh rubrik Apresiasi sastra Bulletin “Konkonan” di Sumenep, yang diterbitkan oleh Tim Nabara (Pembina Bahasa Madura), mengulas tentang tembang, jeng-kejungan, saloka dan berbagai puisi Madura lainnya (lisan dan tulis). Selain itu juga mengisi siaran acara pembinaan bahasa Madura di RRI Sumenep, serta sering ditunjuk sebagai nara sumber di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dan sebagai pengajar bahasa Indonesia di STKIP PGRI Sumenep.
Puisi-puisinya pernah terbit dalam antologi puisi bersama “ Nyelbi’ E Nemor Kara” (Ghot, 97), dan yang siap cetak, yaitu Kumpulan puisi “Rarengganna Tana Kerreng”. “Ngantos Asta’annepon Jeng Ebu”, kumpulan cerita “Bato Ko’ong”, dan roman sejarah Adipati Arya Wiraraja “Lalampannepon Dhari Singosari ka Songennep”. “Kami harap ada pihak yang membantu menerbitkannya”, ujar pak Djamali.
Sedang puisinya yang berbahasa Indonesia sempat menghiasi antologi puisi “Cermin-Cermin” (Sanggar Tirta, 95), dan “Mardika” (Forum Bias-RRI, 95).
mengobati sekelumit kerinduan pada ayah, terimakasih apresiasi yang sangat besar pada karya-karya beliau, salam hormat tuk mas Anton
Terma kasih tak terhingga untuk mas Anton, tiada lain yg mampu saya haturkan.