Kepada Madura 1
aku akan tetap bertanya
tentang kemuraman wajah-wajah
yang tenggelam di tanah ini
lanjut langkahku
menyusuri debu kapur dengan genggam clurit
ditangan
terhunus
dan setiap tatap dan tangis warga
tanahmu adalah darah dan keringat warga
yang belum mengering; walau panasmu
telah menggusur lalat-lalat dan bangkai-bangkai dusta
setiap kali clurit kuayun
tajam jiwaku memecah laga
setiap kali clurit kuayun
dosa-dosa bersimbah darah
madura
mari kita tuntaskan perhelatan ini
1980
Kepada Madura 2
sebuah clurit kugenggam
erat
kubibas-kibaskan lewat mata cahaya
sebuah sinar berbinar di dermaga
kunang-kunang di pelabuhan
menjadi bintang gemintang
dan aku terjerembab dipusaran moyangku
lihatlah
dadaku tegar menembus samudra
membungkus angin dan gelombang
darah yang tercecer di tanah merah ini
kupersembahkan untukmu
dan aku tidak pedulilagi
dimana tempat kuburku nanti
1984
Kepada Madura 3
angin mengendap-endap menyusup kelam
pertanda petaka akan turun di tanah ini
“oi, siapa yang datang?”
bayangan siapa yang duduk dibalik malam ini
bola mata merah berpijar dan berputar-putar mengitari pulau
mengangkis janin bayi dan roh moyangku
bagai emas
“oi, siapa engkau?”
(kubangun rumah ini dari reruntuhan tiang gapura
pada saat gelombang pasang)
bila kukuak dada ini maka bertabiklah
karena luka-lukaku telah kubasuh pelangi
dalam gemerincing matahri
“oi, siapa yang datang pagi ini?”
madura
jiwa ragaku
kukembalikan
padamu.
1984
(Sajak: Syaf Anton Wr)