Semua kiat yang dilakukan wanita Madura dengan bantuan ramuan jamunya Madura itu menyiratkan bahwa seorang istri Madura janganlah bersikap sebagai nyonya besar di dapur namun kayak pelacur di emper tetapi kikir di kasur, seperti sudah dianekdotkan oleh Shakespeare dalam lakon Othello, melainkan sebaliknya mereka diharapkan mampu berkelakuan binal sebagai seorang sundal di kamar tidurnya. Untuk tujuan yang terakhir ini di samping jamu, dikenal pula tombak atau tongkat Madura serta sediaan menyerupai sabun yang digunakannya dengan dioleskan pada organ kewanitaannya beberapa saat sebelum bercampur sebagai suami-istri. Akan tetapi pemakaian alat-alat bantu yang terakhir ini sekarang dilarang, sebab wanita yang menggunakannya bisa terkena infeksi yang sangat berbahaya.
Sebagaimana diketahui, jamu-jamu Madura menggantungkan kemanjurannya pada ramuan berbagai simplisia, jadi hasil sinergi beberapa jenis tumbuhan yang kerahasiaan komposisi bahan bakumya sering dijaga dengan sangat ketat. Karena diperlakukan sebagai pusaka bertuah, unsur-unsur penyusunnya dianggap sudah amat sempurna sehingga lalu dikeramatkan. Pengetahuan yang dinilai suci tadi tidak boleh diragukan khasiatnya, pantangan untuk dipertanyakan keampuhannya secara bernalar, ditabukan untuk diubah kadar komposisinya, apalagi sampai diganti bahan penyusunnya.
Baca juga: Wanita Madura, Dimata Laki-laki Madura
Banyak sekali pemilik pengalaman, pengetahuan, dan ilmu berasaskan kearifan leluhur tentang seni rias hias pengantin, kiat meramu jamu, dan pengetahuan tradisional Madura lain sejenisnya yang memang enggan menyebarluaskannya untuk diketahui orang banyak, apalagi ditulis untuk dikodifikasi. Sebagai akibatnya berbagai macam pengetahuan tadi tidak mungkin dapat dikembangkan lebih lanjut untuk kepentingan masyarakat luas sehingga tumbuh menjadi ilmu, terutama karena tidak pernah dilakukan penelitian ilmiah dan pengembangan inovatif terhadapnya untuk menjadikannya teknologi yang berpotensi membuahkan teknik produksi terterapkan secara lebih menguntungkan.
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang mengglobal menimbulkan pertanyaan mengusik, berapa besar peluang untuk melestarikan semua pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sekelompok penggiat jamu dan pelbagai ’ilmu tua’ lainnya hanya melalui cara pewarisan tradisional?
*****
Tulisan bersambung:
- Sumbangan Budaya Madura Kepada Kebudayan Nasional
- Pengembangan Bahasa Madura dan Problematikanya
- Sekilas Falsafah Abhântal Ombâ’ Asapo’ Angèn
- Pembudidayaan Bhâlungka’ dan Tèkay Madura
- Tentang Kuliner: Ètèk sè Nyongkem
- Sèkep Pelambang Kejantanan Seorang Pria Madura
- Aroma Du’remmek dan Kembhâng Campor Bhâbur
- Pola dan Bentuk Rumah: Tanèyan Lanjhâng
- Ramuan Jhâmo Bagi Wanita Madhurâ
- Masa depan Madura Bergantung Pemuda Madura