Resolusi Konflik Berbasis Kearifan Lokal

Punjung mentah itu sebagai bentuk ungkapan penyesalan dan permohonan maaf kepada keluarga korban. Kalau sudah punjung mentah ini dibawa, biasanya keluarga korban merasa puas dan dihormati dan langsung menerima ungkapan maaf itu dengan lapang dada tanpa ada perasaan dendam. Usai pemberian punjung mentah, kemudian dilanjutkan dengan tradisi tepung tawar, pemuda atau orang yangsaling bertikai itu kemudian saling mengoleskan tepung tawar di badannya. Sesudah itu, maka kedua pemuda yang bertikai tadi sudah dianggap menjadi bagian dari saudaranya sendiri.

Usai melakukan tradisi punjung mentah dan tepung tawar, konfli yang sudah makin memansa itu kemudian menjadi reda, ungkap Zainal berapi-api. Ia sendiri sebagai pemangku adat cukup sering menjadi ‘duta’ perdamaian dan melakukan tradisi local semacam itu. “kalau semua konflik harus diselesaikan secara hukum, nyatanya makin repot dan konfliknya makin tak terurus, selain karena aparat negara lambat, masyarakat juga kurang puas, hasilnya jauh lebih ampuh dengan pendekatan adat atau budaya lokal, ungkap Zainal.

Media tepung tawar ini tidak hanya berlaku bagi komunitas yang seidentitas budaya saja, dapat saja dilakukan oleh orang luar juga yang kebetulan sedang berselisih paham atau berkonflik dengan orang adat Musirawas. Seperti dalam penuturan Jazuli, ia pernah tanpa sengaja sepeda motor yang dikendarainya menabrak seseorang, untuk meredam konflik dan kekerasan ia melakukan tradisi tepung tawar, orang dusun (sebutan bagi orang adat asli Musirawas) yang ditabrak tadi kemudian tidak lagi marah-marah dan mau berdamai serta menganggapnya saudara. “itulah hebatnya budaya”, akunya Jazuli.

Memang seolah sulit dinalar karena praktek demikian sangat menyentuh emosi, rasa, nurani dan kehormatan diri. Ketika budaya itu diangkat, diakomodasi, dan dijungjung tinggi maka sang pelaku budaya itu pun merasa harga diri dan ideologinya dihormati. Sebaliknya bila tradisi itu ditanggalkan, dilecehkan maka perlawanan pun dapat muncul dengan spontan dan dapat mengobarkan nafsu perang komunitas yang dasyat.

Lain Musirawas, lain juga di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di kabupaten Soe. Masyarakat adat disana memiliki kearifan lokal yang tidak kalah uniknya pula dalam menciptakan resolusi konflik. Namanya tradisi “okomama”, yakni sebuah kotak dengan aneka ukuran yang diluarnya dibalut dan dilapisi kain tenunan adat yang di dalamnya diisi sirih pinang dan kapur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.