Tetapi lingkungan sosial kita tidak serdata-mata diwArnai oleh ekspresi nafsu hedonis-materialis, akan tetapi perhatikan juga bagaimana kekerasan sosial yang katanya berasal dari kalangan “terhormat” semacam ekspresi politik pemimpin kita.
Menilik pemimpin kita (dari kelas lokal hingga nasional) rasa-rasanya untuk menemukan kembali situasi demokratis yang berkeadaban, sebagaimana yang diperlihatkan oleh pemimpin politik di zaman awal kemerdekaan dan satu dekade setelahnya, sudah menjadi amat sulit. Bila pemimpin-pemimpin kita tidak mempunyai sopan santun politik, hingga mereka memvisualkan tanpa perasaan bersalah, apatah lagi rakyatnya?
Ada apa dan siapa di balik fenomena ini? rasanya pertanyaan ini pantas diajukan, sebab hampir diluar nalar kita pada abad yang diramalkan futurolog sebagai abad kebangkitan agama, masih ada orang yang mempersetankan nilai-nilai agama yang luhur, termasuk kepantasan sosial-budaya. Lebih dari itu, tidak mempertimbangkan pengaruhnya bagi perkembangan moralitas kaum muda.
Tulisan bersambung:
- Revitalisasi Budaya Madura di Tengah Arus Global, baca:
- Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya Madura, baca: