Rusdi Umar
Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, maka rokat dijadikan momentum untuk jalan tarekat. Yaitu, sebuah formulasi kegiatan yang di dalamnya sayarat dengan muatan adat. Budaya ini sudah dilakukan secara turun temurun, dari generasi ke generasi meski dalam pelaksanaannya tetap mengikuti perkembangan zaman. Namun, hakikat dari rokat itu sendiri masih tetap nampak jelas dalam upacara ini.
Syukur dilakukan agar nikmat yang kita terima semakin berkah, dan keberkahan-keberkahan itu selalu kita dapatkan di masa-masa yang akan datang. Syukur tidak sebatas diucapkan (secara lisan ungkapan syukur, ya) tetapi harus direalisasikan dengan cara usaha yang maksimal disertai dengan doa yang tak berpantang. Dengan cara demikian, syukur akan mempunyai nilai lebih, baik sebagai bentuk penghambaan dan upaya atau ikhtiar yang maksimal.
Sebagai Ajang Silaturrahmi
Ketika upacara rokat dilaksanakan, sanak famili, handai tolan, dan masyarakat secara keseluruhan berbondong-bondong menghadiri tata cara adat ini. Dengan demikian, sudah sangat jelas bahwa di dalam upacara rokat ini ada ajang silaturrahmi. Sudah menjadi kesepakatan agama (baca: Islam) bahwa silaturrahmi adalah bentuk komunikasi sosial yang berdampak baik untuk kehidupan bermasyarakat.
Membangun hubungan yang baik antar masyarakat adalah suatu kebajikan. Di dalam upacara adat rokat ini juga terkandung nuansa sosial yang akan berdampak baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam upacara adat budaya rokat terdapat banyak manfaat untuk hubungan masyarakat yang ideal.
Silaturrahmi telah terbangun di dalam upacara rokat. Maka, sangat penting bagi kita untuk menjaga kelestarian upacara rakyat ini. Salah satu alternatif dalam menjaga kelestarian adat ini adalah berdaya upaya untuk selalu terlaksana dengan sebaik-baiknya. Karena dengan terlaksananya rokat, saling membantu menjadi sebuah tradisi yang akan tetap ada hingga akhir zaman.