- Bãngsal, karena mengerucut ke atas berbentuk limas ditunjang dengan 4 (empat) sasaka (tiang utama) yang berdiri diatas sen çihí (laridasan) terbuat dan batu.
- Diatas sasaka ada Iambhâng tompang saré (balk latei bersusun dua)sebagai penopang kerangka atap yang berbentuk limas dan kerangka ataptersebut menjadi penopang tolang bubung (kayu I balk nok), dan padaumumnya tidak memakai ghâbhâk (plafon),
- Sedangkan pintunya hanya satu ada di depan, dan disekeliling rumah tidakada pintu lagi.
- Di samping kanan kin pintu, ada 2 (dua) buah jendela, ada kalanya jendela ilengkapi dengan teralis dan kayu.
- Di atas pintu dan jendela ada ngén-angén, ring-jharing atau réng-taréng, ada yang ukiran ada juga yang dibuat dan tatanan bilah kayu (réng-erréng) dan dibeni nama réng-taréng, ada juga yang dilukis sepenti ukiran. Dan pada umumnya ukiran berbentuk daun dan bunga kadang ada juga bergambar burung Hong sebanyak dua ekor, jantan dan betina.
- Tembok di dalam serambi kanan kin atas ada télé p / palépét (garis tembok yang timbul dan tebal) diakhini oleh lukisan dedaunan dan ada lukisan bunga pada ujungnya.
- Di serambi ada 2 (dua) buah pilar, dua pilar dan batu (tembok) untuk penyangga pa-tampa (ring balk), dan ada 4 (empat) tiang dan kayu untuk pengängga sosoran. Ada juga pakai gerbil tonalé (siku belalai) dan besi yang bentuknya meliuk-liuk bagai belalai gajah, yang menopang pada Pilar.
- Baik sasaka (tiang utama), Iambhâng (balk Iatei), pa-tampa (balk ring), usuk, ring, tiang dan kusen semua pada umumnya terbuat dan kayu jati. (Tadjul Arifin R/Syaf)