Sampai Kapankah Kerapan Sapi Menjadi Primadona

Sikap ksatria dan kerja keras yang menjadi salah satu ciri masyarakat Madura seakan-akan telah luntur. Memang nilai prestice ketika sapi kerap kita menjadi juara sangat mahal harganya, namun bila kita mengabaikan sportifitas maka sudah tidak melambangkan lagi kerapan sapi sebagai kebudayaan Madura. Sebab suatu budaya yang menginginkan masyarakat Madura lebih maju dan baradap, menjadi bertolak belakang ketika lomba adu cepat sapi tersebut harus diwarnai dengan pertumpahan darah dan kecurangan.

Dalam pelatihan yang berlansung di daerah Malang tersebut, saya serta temen-temen dari kabupaten Sampang, Pamekasan dan Sumenep juga sangat terkejut ketika kota Probolinggo juga mempromosikan kerapan sapi sebagai salah satu objek wisata unggulan kota tersebut. Memang di daerah tersebut banyak terdapat orang-orang keturunan Madura yang tentu saja juga menggemari kerapan sapi.

Awalnya saya protes keras pada perwakilan Probolinggo. Saya bersikukuh bahwasannya kerapan sapi hanyalah objek wisata pulau Madura, walaupun saya tidak bisa menjawab dengan detail ketika dia bertanya kabupaten mana yang sebetulnya memiliki objek wisata Kerapan sapi diantara 4 kabupaten yang ada di pulau Madura. Namun di sisi lain akhirnya saya sadar, sedikit banyak kita musti juga bersyukur bahwasannya kebudayaan kerapan sapi tersebut sudah tersebar di daerah-daerah lain di luar pulau Madura.