Oleh Hasani Hamzah
Pulau Kangean terletak di ujung timur pulau Madura kurang lebih 98 mil tepatnya di utara pulau Bali, terapung antara laut Jawa dan selat Madura. Di sekitar pulau Kangean terdapat berpuluh pulau kecil lainnya yang menjadi gugusan kepulauan Kangean dan Sapeken. Ada sekitar 49 buah pulau baik yang berpenghuni maupun yang tak berpenghuni memencil jauh dari pulau Madura. Pulau Kangean sudah dikenal sejak zaman Majapahit dengan sebutan Galiaos atau Ngaliyao dan masuk ke dalam nusantara daerah yang delapan.
Dalam catatan Sahwanoedin Djojoprajitno, Belanda datang pertama kali ke pulau Kangean pada tahun 1763. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pulau Kangean merupakan sebuah distrik (Kawedanan) yang diperintah oleh seorang Wedono (Kepala Distrik) berkedudukan di Arjasa yang sekarang menjadi kecamatan Arjasa.
Di bawah Wedono ada seorang Asisten Wedono (Kepala Onder Distrik) setingkat camat yang berkedudukan di pulau Sapeken. Di samping Wedono dan Asisten Wedono, ditempatkan seorang kontrolir bangsa Belanda. Salah seorang Kontrolir Belanda yang pernah bertugas di pulau Kangean yaitu Ch. O Van Der Plas, yang di kemudian hari karirnya menanjak menjadi Gouverneur van Oost Java di Surabaya Jawa Timur.
Tulisan singkat ini tidak akan membahas mengenai kondisi sosial pemerintahan, akan tetapi lebih kepada nilai – nilai juang tempo doeloe dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaannya.
Kapal Perang Belanda Mendarat Di Sapeken
Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah lepas dari pendudukan Jepang dan melewati kesengsaraan sebagai bangsa terjajah selama 350 tahun oleh Belanda. Namun semua itu bukan akhir dari segalanya. Perjuangan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melawan Belanda yang masih bernafsu ingin menguasai terus berlangsung. Perundingan demi perundingan, pertempuran demi pertempuran berkecamuk. Beberapa perundingan yang dilakukan misalnya; 1) Perundingan Linggar Jati Tanggal 10 November 1946; 2) Perundingan Kapal Renville Tanggal 17 Januari 1948; 3) Perundingan Roem – Royen Tanggal 7 Mei 1949; 4) Konperensi Meja Bundar (KMB) di negeri Belanda yang melahirkan kesepakatan pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949.
Kandasnya dua perundingan pertama dan kedua yakni perundingan Linggar Jati dan perundingan Kapal Renville, Belanda melakukan serangan dengan Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer II pada tanggal 19 Desember 1948.
Sehari sesudah Agresi Militer I yang meluluhlantakkan kota Jogjakarta dan kota – kota lainnya —- pada tanggal 22 Juli 1947 pukul 06:00 pagi kapal perang Belanda berikut tentaranya dengan persenjataan lengkap mendarat di pulau Sapeken. Sasaran pertama tentara Belanda adalah melumpuhkan dan menguasai pemerintahan dan melucuti Tentara Republik Indonesia yang ditugaskan di Sapeken. Dalam penyergapan secara tiba – tiba dan kondisi yang terdesak Belanda dengan sangat mudah menguasai dan nyaris tanpa perlawanan. Kondisi tersebut difaktori minimnya persenjataan yang dimiliki Tentara Republik dan juga mengingat kondisi geografis pulau Sapeken yang luasnya hanya 1 1/2 Km sangat tidak memungkinkan jika dilaksanakan perang gerilya. Sehingga pada hari itu Sapeken jatuh ke tangan Belanda.
Wa alaikum salam saya jawab
Nomor kontak Penulis atasnama Hasani Hamzah 081249572614
Terima kasih banyak, Pak
Assalamu’alaikum. Mohon maaf, kami mohon info lebih lanjut. Untuk itu, kami membutuhkan nomer rang bisa dihubungi. Terima kasih.