Beliau begitu haus akan ilmu sehingga dengan rajin dan tekun menuntut ilmu hingga sukses merampungkan M3 (Madura, Makkah dan Mesir), beliau juga harus berkali-kali hijrah (Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta) sebagai konsekuensi dari jalur pergerakan yang ditempuhnya.
Beliau, KH Mas Mansur termasuk dalam Keluarga Besar Sagipodin (Bani Gipo) yang dikenal memiliki akar yang kuat di kalangan Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama, Kedua Cucu Sagipodin yakni KH Mas Mansur dan KH. Hasan Basri (Hasan Gipo) merupakan dua tokoh penting dalam pertumbuhan Muhammadiyah dan NU, yang seorang dipercaya sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah sementara yang seorang lagi mendapat amanat sebagai Ketua Tanfidziyah NU Pertama.
Satu lagi catatan penting yang jarang diungkapkan oleh media adalah ihwal wafatnya KH Mas Mansur dalam tahanan NICA pada tahun 1946, ternyata KH Mas Mansur tidak mengalami penahanan biasa melainkan di eksekusi mati dengan disuntik darah kera sehingga akhirnya wafat dalam tahanan pada tanggal 25 April 1946.
KH Mas Mansur dengan kehalusan dakwah dan pribadinya yang sederhana begitu dihormati oleh Bung Karno. Dalam beberapa suratnya di Pengasingan Bung Karno menanyakan beberapa soal-soal agama kepada Mas Mansur, bahkan konon KH Mas Mansur diminta secara khusus oleh Bung Karno untuk menjadi penghulu dan menikahkannya dengan Fatmawati.