Para Walisongo yang dikenal oleh masyarakat sebagai para Wali yang sebanyak sembilan, semua berjumlah 33 orang tetapi secara bertahap, yang terkenal yakni Walisongo tahap kedua, antara lain :
- Maulana Malik Ibrahim, di Gresik Jawa timur,
- Sunan Ampel, di Ampel Denta Surabaya Jawa timur,
- Sunan Giri, di Gresik Jawa timur.
- Sunan Bonang, Tuban Jawa timur,
- Sunan Drajat, Lamongan Jawa timur,
- Sunan Kudus, di Kudus Jawa tengah,
- Sunan Kalijaga, di Ngadilangu Jawa tengah,
- Sunan Muria, di Muria Jawa tengah,
- Sunan Gunung Jati, di Cirebon Jawa barat,
Sedangkan sebutan SUNAN bagi Walisongo, seperti apa yang dijelaskan dalam buku-buku terdahulu (kuno) yang beredar di tanah Jawa bahwa yaitu SUNAN berasal dari kata SUHU yang dalam bahasa China berarti GURU, sedangkan juga asal kata SUSUHUNAN dalam bahasa Jawa adalah “Menjunjung “ (suhun), berarti GURU yang harus dijunjung segala prtuahnya, karena mereka selain muballigh juga sebagai guru dan pemimpin masyarakat.
Seperti yang dijelaskan di depan tentang Walisongo yang berjumlah lebih dari 9 orang, bahkan hingga mencapai 33 orang, seperti yang dijelaskan oleh KH. Bisyri Mustafa (Rembang) dalam kitabnya Al Faqir Mujahidun at Tarikhul Auliyak, disebutkan dikala Sunan Ampel wafat para wali yang berta’ziyah sebanyak 16 orang antara lain : 1) Sunan Bonang; 2) Sunan Giri; 3) Sunan Kalijaga; 4) Sunan Gunungjati; 5) Sunan Muria; 6) Sunan Kudus; 7) Sunan Wilis; 8) Sunan Manyuran Mandalika; 9) Sunan Ngudung; 10) Sunan Bangkalan; 11) Sunan Kertayasa; 12) Sunan Malaka; 13) Sunan Ngadilangu; 14) Sunan Drajat; 15) Syeikh Siti Jenar dan Sunan Bintara (Sultan Alam Akbar Al Fatah) putra Prabu Brawijaya V dan selaku Raja Islam Pertama di Demak (pulau Jawa).
Kembali kepada masalah Panembahan Joharsari sebagai Adipati Sumenep yang pertama kali masuk Islam, banyak sekali faktor yang mendukungnya antara lain,
Pertama gelar jabatannya “Panembahan“ didalam dunia luar Islam baik agama Hindu, Syiwa, dan agama Budha tidak dikenal gelar jabatan seperi Sultan, Panembahan, dan Susuhunan baru dikenal setelah masuknya agama Islam di Jawa.
Tulisan bersambung
- Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 1)
- Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep(2)
- Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 3)
Kedua, Panembahan Joharsari mempunyai putra bernama Raden Piturut bergelar Panembahan Mandoroko yang beragama Islam, kuburannya di desa Mandaraga Keles merupakan kuburan Islam yang berkumpul dengan kuburan keluarga Islam lainnya.
Panembahan Mandoroko berputra dua orang yakni Pangeran Notoprojo atau Pangeran Bukabu dan Pangeran Notonoingrat atau Pangeran Baragung, kuburan Pangeran Baragung juga kuburan Islam, sampai pada Agungrawit, hingga Jokotole, dan perlu juga dipahami Jokotole adalah putra Adipoday, sedangkan Adipoday adalah cucu Sunan Lembayung Fadal, jadi mustahil bila seseorang Islam mempunyai cucu tidak beragama Islam. (bersambung: Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 3)
Keterangan gambar : Kuburan Panembahan Juharsari di Aengnyeor masuk desa Tanjung kecamatan Saronggi, Sumenep.
Siapakah nama anak anak Amir Hasan yang 12 orang itu ?
ass…mksh bnyk tlh di beri izin tk meng copy, muga2 dpt barokah yg pnya blog ini muga2 dpt pahala….wss