Panembahan Baribin Sepudi
Seperti telah dipaparkan di depan bahwasanya Syd. Ali Murtadla atau Sunan Lembayung Fadal juga yang dikenal dengan sebutan Rato Pandita bertempat di Pulau Sepudi, tempat pedukuhannya disebut dengan Asta Nyamplong, karena bilamana Sang Sunan melakukan dzikir selalu memakai buah nyamplong yang diuntai dengan tali dijadikan tasbih. Para santrinya ikut melakukannya, sehingga banyak yang menanam pohon nyamplong yang dikemudian hari dikenal dengan Asta Nyamplong.
Sebagai penyebar agama Islam tentunya Sunan Lembayung Fadal selalu menganjurkan para masyarakat setempat untuk menjalankan agama Islam dengan baik dan sempurna, selain shalat juga dianjurkan banyak berdzikir kepada Allah SWT. Jadi sistem pedekatan (taqarrub) kepada sang Kholiq lebih diutamakan, karena bertujuan untuk menghilangkan kotoran hati bagi manusia, dengan jalan membersihkannya dengan dzikir disamping kewajiban dasar seperti shalat, puasa, zakat, serta lain-lain. Para santrinya kian lama semakin banyak, bukan saja dari pulau setempat bahkan dari luar pulau seperti dari Madura, pulau Lombok, dan pulau-pulau sekitarnya, datang untuk memperdalam agama Islam.
Sunan Lembayung Fadal mempunyai seorang istri bernama Dewi Maduratna putri dari Arya Baribin, sedangkan Arya Baribin keturunan yang ke enam dari Prabu Banyak Wangi Raja Pajajaran. Dari perkawinan tersebut dikaruniai tiga orang putra dan seorang putri, antara lain yakni :
Syd. Utsman Haji yang setelah dewasa disuruh berguru kepada Syd. Maulana Malik Ibrahim Gresik, dan kemudian menetap di Ngundung serta dikenal dengan nama Sunan Ngundung.
Syd. Haji Ustman, ditugaskan di Mandalika pulau Lombok yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Manyuran Mandalika,
Ageng Tondo bersuamikan Khalifah Husain yang dikenal dengan nama Sunan Kertayasa bertempat di Madura, hanya tidak jelas dimana Maduranya, dan perkiraan sementara berada di Sampang.
Pangeran Pulang Jiwo, yang setelah dewasa dikawinkan dengan salah seorang putri dari Sunan Ampel yang bernama Siti Syari’ah, namun perkawinannya dengan putri Sunan Ampel tidak banyak dikupas dalam sejarah.
Tulisan bersambung
- Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 1)
- Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep(2)
- Sejarah Masuknya Agama Islam di Sumenep (Bag. 3)
Pangeran Pulang Jiwo tidak seperti saudara-saudaranya yang lain, beliau tidak merantau tapi tetap berada di pulau Sepudi, mendampingi ayahandanya Sunan Lembayung Fadal. Selain mendalami syariat Islam Pulang Jiwo juga mempelajari ilmu kanuragan, sehingga dengan masyarakat Sepudi dianggap sebagai seorang Raja, karena setiap ada serangan dari perompak laut disekitar pulau Sepudi beliaulah yang turun tangan untuk menumpasnya kemudian para perompak yang sudah kalah ditawan di Sepudi, disana mempelajari ajaran Islam dan sesudah selesai maka kembali pulang ke kampung halamannya dan menjadi penganut Islam yang taat. Tapi ada juga yang menetap di Sepudi untuk mengabdi kepada Pulang Jiwo.
mungkin, kemungkinan memanglah Pangeran Adirasa bertapa diatas ilalang atau di pucuk ombak. tidak akan menjadi sebuah ketakhayulan jika memang terjadi seperti itu. mungkin yang Maha Kuasa telah mengijinkan seperti itu. Karena seperti diketahui khalayak, ilmu ada dua macam. ilmu nalar/aqli/husuli dan ilmu rasa/ruhani/huduri. mungkin bisa seperti itu.
bisa nggak saya dapat informasi yang mendalam tentang pangeran adirasa? bagaimana caranya, mohon infonya yha . terima kasih
Trims. Kami akan coba merefleksikan dalam bentuk tulisan nanti. Tunggu posting selanjutnya