Pemugaran Masjid Agung Bangkalan
Dalam pemugaran Masjid Jami’ tersebut berkembang cerita bahwa sewaktu Sultan berkenan hendak meluaskan dan membangun Masjid yang agung dan berwibawa, beliau memerintahkan untuk mencari kayu jati 4 batang yang besar dan tingginya sama untuk tiang agung dan ternyata hanya memperoleh 3 batang, sedang yang satu batang besarnya sama namun tingginya kurang dan kurang lurus, sedang waktu untuk mencari sudah tidak ada lagi.
Dalam keadaan yang demikian, maka tampillah seorang Ulama yang bernama K. Nalaguna (makamnya dikampung Barat Tambak Desa Pejagan Bangkalan) yang kemudian dikenal sebagai Empu Bajraguna (ahli membuat senjata/keris) yang bersedia untuk mengusahakan agar kayu tersebut dimandikan dan dibungkus dengan kain putih dan dikirap keliling kota, dan setelah dikirap kain pembungkusnya dibuka, ternyata berkat karomah Ulama tersebut kayu itu sama tinggi dan besarnya, sehingga tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kayu tersebut dipancangkan disebelah muka bagian utara yang kemudian tiang tersebut diambil dari Arosbaya tanpa menggunakan alat pengangkut (transport), cukup dengan gotong royong masyarakat dengan cara sambung menyambung (bahasa madura Lorsolor).
Terhitung tanggal 1 Nopember 1885 status pemerintahan berubah menjadi Kadipaten, dan Bupati yang pertama adalah R. Moh. Hasyim dengan gelar Pangeran Suryonegoro. Adalah atas prakarsanya pada tahun 1899-1900 Masjid dipugar yang II bagian atap, penutupan kolam dimuka yang bentuknya disesuaikan dengan kondisi waktu itu termasuktatanan bangunan sekitarnya (sebelah Selatan di bangun rumah Penghulu dan sebelah Utara rumah Hoofd Penghulu). Dalam pemugaran yang ke II ini sempat ada korban yaitu arsiteknya (orang Tionghoa) meninggal disambar petir diatas Masjid.
Saya ingin tahu lebih detil karena saya masih keturunan dr raja bangkalan nenek saya r.a mariyam putri dr raja bangkalan katanya
Siapa yang bisa bantu?