Carok dapat dimaknai sebagai sebuah pekelahian perang tanding antara seorang laki-laki dengan seorang laki-laki lain, carok umumnya terjadi karena faktor mempertahankan harga diri. Harga diri berkaitan dengan rasa malu (malo/todus) akibat perselisihan tanah ataupun jika ada perempuan khususnya isteri diganggu oleh orang, ataupun akibat mantan isteri yang dicoba didekati oleh laki-laki lain yang kemudian menimbulkan carok.
Perkelahian satu lawan satu tersebut merupakan secara positif dapat diatakan sebagai sifat kejantanan sekaligus sifat ksatria bagi laki-laki Madura. Bagi orang Madura bagi yang tidak berani melakukan carok akan mendapat ejekan seperti..bengal kathonding takok ka tajam..(hanya berani gagangnya tapi takut dengan tajamnya celurit) atau..ngal bengal mardhah..(berani berani takut = pengecut).
Pepatah Madura menyatakan “atembang pote’ mata, ango’an pote tolang” (daripada putih mata lebih baik putih tulang), mengandung makna dari pada merasa malu lebih baik mati. Pepatah lain menyatakan “oreng lake mate’ acarok, oreng bine mate’ arembi” (orang laki-laki mati karena carok, orang perempuan mati karena melahirkan). Kalimat ini menunjukkan secara tegas sebuah sifat patrakhi pada masyarakat Madura.
oke artikelx…. like this site… (y)