Set-seset Maloko’, Syair Pemanggil Angin

Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah nabi besar Muhammad SAW, siapakah orang pertama yang wajib dihormati dan diutamakan, Rasulullah menjawab ibu, pertanyaan tersebut dilontarkan sampai tiga kali, dan Rasulullah tetap menjawab ibu, baru keempat kali Rasulullah menjawab bapak. Ruh dari sabda nabi besar Muhammad SAW tersebut telah menjadi darah yang mengalir dalam setiap nadi dan menjadi kultur suku bangsa Madura yang menempatkan sosok ibu menduduki tempat yang sangat istimewa dan utama. Tidaklah mengherankan apabila penulis syair ini memberikan sesuatu yang sangat istimewa bagi sang ibu, “bu’bu’na bagi ka embu’na”.

Baris keempat, “bu’bu’na bagi ka embu’na”, kalimat ini sejalan dengan kebutuhan ibu dalam pemenuhan gizi.. Bu’ bu’ (dedak jagung ) adalah bahan makanan mengandung nutrisi gizi yang sangat tinggi. Mengapa  bu’ bu’ (dedak jagung) ini diberikan kepada ibu ? Bukan kepada Bapak ? Mengapa sang bapak cuma di beri tompe (kulit luar/dedak kasar) ? Pertanyaan ini tentunya sesuai dengan kebutuhan ibu sebagai pendonor pertama kebutuhan nutrisi gizi bagi putra-putrinya.. Dedak jagung adalah bahan makanan yang halus dan enak, banyak mengandung gizi yang tentunya sangat berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama untuk ibu hamil dan menyusui. Mengapa bu’bu’, bukan makanan lain seperti beras ?  Karena ketika penulis syair ini hidup pada masa itu, jagung merupakan makanan pokok suku Madura.

Namun esensi dari baris keempat pada puisi lisan tersebut, bahwa manusia Madura memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada sosok Ibu. Tentunya ini merupakan ruh dari kultur budaya Madura yang relegius.(Lontar Madura)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.