Oleh: Iqro’ Alfirdaus,
Ada stereotipe yang salah oleh banyak orang ketika mendengar kata Madura. Keras, mudah tersinggung dan temperamental. Predikat keras orang Madura oleh kebanyakan orang diyakini begitu saja. Padahal tidak ada fakta konkret tentang hal itu yang bias secara eksplisit menjelaskan bagaimana sejatinya karakter orang Madura.
Perilaku dan pola hidup komunal etnik Madura sering dikesankan atas dasar asumsi subjektif oleh orang luar Madura. Kesan demikian muncul dari suatu pencitraan yang tidak tepat yang berkonotasi negatif. Asumsi subjektif itulah yang seringkali melahirkan persepsi dan pola pandang yang keliru sehingga menimbulkan keputusan individual secara sepihak.
Padahal faktanya, bagi orang luar Madura yang pernah berinteraksi serta mengalami sendiri hidup dan tinggal bersama orang Madura, baik di pulau Madura maupun di luar pulau Madura, ternyata memiliki persepsi berbeda. Sebagaimana orang-orang dari etnik lain, orang Madura juga memiliki perangai, sikap dan perilaku sopan santun, menghargai dan menghormati orang lain.
Sejatinya, baik di Madura atau luar Madura tentunya juga ada orang baik, keras, temperamental maupun orang berwatak halus. Maka menjadi penting membuat penegasan tentang konsep keras dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku orang Madura.
Dari perspektif antropologi, setiap sikap, tindakan dan pikiran seseorang yang diaktualisasikan dalam realitas empirik merupakan refleksi simbolik dari nilai-nilai Budaya masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai budaya ini sejatinya harus dipahami maknanya secara kontekstual. Sebab, makna (nilai-nilai) kebudayaan itu sendiri tiada lain merupakan konsep semiotik.