Sejak masa Raden Bagus Hasan, sistem pendidikan di Pesantren Loteng murni salafiah. Bahkan setelah periode beliau yaitu di masa putra keduanya Sayyid Raden Bagus ‘Abdul Lathif juga begitu.
Keluarga pesantren ini juga tidak dibiasakan mengenyam pengetahuan di luar kitab-kitab klasik. Tradisi keluarga ini juga sangat lekat dengan tashauf dan thariqah. Namun tidak ada keterangan pasti mengenai thariqah yang dianut sejak Gus Hasan. Namun ada sedikit informasi bahwa thariqahnya Naqsyabandiah, entah khalidiah atau muzhhariah. Mengingat banyak santri-santri seniornya yang menganut thariqah tersebut, kendati ada juga yang selain thariqah Naqsyabandiah, misalnya Qadiriah.
[junkie-alert style=”red”] Kehidupan sufi keluarga pesantren Loteng terlihat dari kebiasaan hidup tokoh-tokohnya dahulu yang menjauhkan diri dari keduniawian. Yang paling terkenal sikap zuhudnya ialah putra sulung Gus Hasan yang bernama Gus Muharrar yang telah diceritakan di atas. [/junkie-alert]
“Salah satu sifat Gus Muharrar itu, terhadap setiap ada orang yang meminta sesuatu padanya selalu beliau berikan. Bahkan kendati beras yang sudah mau dimasak, dan tak ada beras lagi selain itu,” kata salah satu cucu Gus Muharrar, Raden Ajeng Saodah.