Perdagangan merupakan suatu hal yang amat penting bagi Asia Tenggara. Perdagangan, karena sifatnya yang khas, dapat dilakukan melalui lalu lintas laut dan mencakup jalur maritim antara Cina (pasaran internasional yang terbesar sepanjang catatan sejarah) dan pusat-pusat permukiman penduduk seperti India, Timur Tengah dan Eropa. Wilayah Asia Tenggara, yang dikenal sebagai wilayah bawah angin ini, tentunya selalu terpengaruh oleh makin cepatnya perdagangan maritim internasional.
Pembicaraan mengenai perdagangan ini mencakup rentang waktu antara abad ke-14 hingga abad ke-17. Ada dua alasan untuk menyebut bahwa periode ini merupakan periode masa perdagangan. Pertama, “ledakan pasar pada abad ke-16 yang terus-menerus”, yang tidak hanya berpengaruh terhadap Eropa dan Laut Tengah sebelah timur, tetapi juga Cina, Jepang dan mungkin India dan merupakan masa ketika Asia Tenggara memainkan peranan yang sangat penting. Menurut Fernand Braudel, barang yang paling penting dalam perdagangan jarak jauh (di luar emas dan perak) ini mengandung makna yang besar bagi terbentuknya kapitalisme saudagar-lada, cengkeh dan pala yang berasal dari Asia Tenggara. Kedua, selama periode ini para saudagar, penguasa, kota dan negara menempati bagian sentral dalam perdagangan yang berasal dari dan melalui wilayah mereka
Jawa merupakan salah satu wilayah yang dilalui oleh perdagangan internasional tersebut dan memiliki peranan yang penting dalam perdagangan. Hal itu ditandai dengan perkapalan Jawa yang berkembang khususnya pada abad ke-15 M. Berita dari orang Portugis pertama menceritakan bahwa orang Jawa sekitar tahun 1500 mendominasi perdagangan di perairan Indonesia, termasuk Melaka di sebelah barat dan Maluku di sebelah Timur