Sepeninggal Pangeran Adipati Natanegara diganti oleh putranya yang bernama Raden Moh. Saleh dengan gelar Panembahan Natakusuma III pada tahun 1855. Karena kondisi fisiknya yang kurang sempurna maka dengan masyarakat disebut Pangeran Rare.
Bupati ini tidak begitu nampak hasilnya, bahkan isi keraton banyak diberikan kepada orang yang memujinya. Putra-putrinya sebanyak 33 orang, dan para sentana (kerabat) keraton juga bertambah banyak. Karena kurang memperhatikan pada situasi keraton serta pemerintahannya, maka sering terjadi perselisihan, saling fitnah, saling ambil muka, tidak berfikir tentang kehancuran negaranya. Putra mahkota yang dicalonkan yakni Adipati Surningrat selalu difitnah hingga jadi fikiran dan akhirnya sakit hingga meninggal dunia.
Ketika tahun 1878 Natakusuma III mendapatkan pangkat Kolonel dan Belanda dan penghargaan bintang Ridder Nederlandsche Leeuw, sebagai tanda kehormatan baginya. Setelah satu tahun menerima penghargaan maka Natakusuma III meninggal dunia yakni pada tahun 1789. Salah satu putra daRI selir Pangeran Aryo Mangkudiningrat sangat antusias menggantikan ayahandanya untuk memimpin Sumenep. Ternyata apa yang dicita-citakan terkabul juga.
Karena Natakusuma meninggal dunia maka pihak pemerintah Gouvernement Belanda agak bingung akan mengatur keraton agar tidak terjadi kesan negatif bagi para sentana dan masyarakat Sumenep. Dan selama empat tahun pihak Belanda agak sibuk mengatur pembagian onder stand yang akan disesuaikan dengan hasil tanah yang dimiliki oleh kerabat dan sentana keraton.
Dengan demikian diadakan inventarisasi hasil tanah percaton yang dilakukan oleh ambtenaar, dan memberitakan bahwa bila hasil tanahnya banyak akan dikurangi dan bila hasil tanahnya sedikit akan ditambah. Dengan demikian banyak para kerabat dan sentana keraton melaporkan hasil tanah miliknya tidak sesuai dengan adanya.
Namun kenyataannya setelah tanah mereka dicabut oleh Belanda kemudian diganti onderstand disesuaikan dengan keluasan tanah yang dimilikinya, maka para kerabat dan sentana keraton sama-sama menyesal tidak melaporkan yang sesungguhnya. (Tadjul AR/Syaf Anton)