Surau dalam Rumah Keluarga Madura

Secara visual dan audial, surau membangun atmosfir Islami yang sangat sempurna. Bentuk atap yang lancip dengan lantai agak lebih tinggi dari bangunan lain menjadikan surau bagai pemimpin di tengah massa yang lain. Dinding depan yang agak rendah dan semi terbuka menampilkan irama gerak sholat yang rampak dengan takbir yang bersahutan. Lima kali sehari suaranya mengumandangkan azdan setiap menjelang waktu solat. Anak-anak tanpa diaba saling berebut untuk menjadi muadzin dan bergegas meninggalkan apapun yang sedang mereka kerjakan. Pun para orang tua juga hirau meninggalkan apapun kegiatannya untuk berjamaah dan memimpin anak-anak mereka tunaikan solat. Dan sesekali diberinya kesempatan remaja mereka yang mulai fasih melafadz sedikit al-Qur’an untuk menjadi imam dan merasai peran kepemimpinan yang akan dipikulnya kelak. Dari ketinggian atap langit tampak surau dan rumah-rumah keluarga Madura sebagai unit-unit yang padan dalam panduan sumbu kiblat.

Ketika fajar menyingsing, surau mulai meneriakkan ajakan subuh bersama. Itulah waktu pertama dimulainya hari hidup ke depan sebelum anak-anak mereka bergegas menuntut ilmu dan para orang tua mengais rahmat Allah. Ketika terik langit tergelincir dari puncaknya, dhuhur segera ditegakkan. Sesudahnya, sanak keluarga berkumpul untuk sekadar makan siang dalam keriuhan bersama. Lalu merekapun istirahat sejenak sampai cahaya matahari telah lepas dan bayangannya melebihi panjangnya benda, petanda ashar telah tiba.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.