Sesudahnya riuh anak berlarian diantara pandangan kasih sanak keluarganya di tengah tanean lanjang yang bersinggungan dengan beranda rumah-rumah yang berjejer. Dan ketika langit merah telah usai ditimpa bulan yang masuk ke semburat langit seluruh keluarga dan berayat bergegas siap mengambil tempat untuk berebut shaf paling depan dalam barisan jemaah maghrib. Dan sesudahnya anak-anak mereka reriung belajar membaca al-Qur’an pada orang tua pemimpin mereka sampai saat Isya tiba. Di tengah temaram lentera riuh ayat demi ayat membubung ke langit sunyi tempat semayam para malaikat.
Demikianlah masa demi masa berlalu dengan penuh pembinaan dan hikmah. Surau telah mengambil peran yang begitu penting dalam hidup orang Madura. Keheningannya mengumandangkan nuansa Islami yang sempurna sejak hidup dijejak sampai ajal menjemput. Penghuni rumah dalam tanean lanjhang itu datang silih berganti bersamaan dengan usainya batas usia mereka. Dan surau itu masih saja setia menunaikan tugasnya… the truly Islamic semiotica…
Sumber: http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/