Berbicara tentang Madura bagi saya ada gampang tapi ada sulitnya- Madura menjadi gampang alias gampangan, jika saya berbicara Madura dengan hanya bermodalkan domisili, karena saya tinggal di Madura, tapi tidak bisa melihat Madura secara jernih apalagi bisa mereguk madunya Madura, karena mata saya lebih tertarik kepada tayangan-tay angan global, baik sinetron asing maupun dalam negeri, iklan-iklan cantik yang mempesona dan moralitas baru yang sebagian mungkin merugikan bagi tradisi kemaduraan. Ketika dunia ini saya pandang kecil, maka Madura menjadi semakin kecil, sehingga Madura bisa saya anggap sebutir debu. Karena Madura hanya sebutir debu, begitu gampangnya saya merumuskan Madura, sehingga memberi kesimpulan yang salah pun saya merasa tidak berdosa. Pandangan seperti itu bisa teijadi karena saya awam, atau say a seorang cerdik pandai tapi yang suka ngawur.