Perkembangan pembangunan rumah ditengah masyarakat modern seperti sekarang ini tidak lagi mengacu pada tradisi yang dikembangkan oleh masyarakat terdahulu. Munculnya komplek perumahan dengan tipe-tipe standard tidak lagi menjadi halangan atau pantangan membentuk bangunan rumah, semua bergantung pada kondisi lapangan; luas tanah, model dan kesiapan finansial.
Demikian pula yang terjadi di wilayah Madura, kearifan lokal yang awalnya menjadi pedoman dalam membangunan rumah dan bahkan diyakini menjadi berkah bagi penghuninya, kini sudah ditiadakan. Bahkan rumah-rumah yang awalnya dibangun menghadap ke selatan, kini tidak lagi menjadi dasar membangun rumah baru.
Jaman dulu para sesepuh ketikan akan membangunan rumah punya aturan tersendiri. Dan aturan itu juga menjadi penentu baik buruknya kehidupan selanjutnya. Semiasal, bila awalnya hampir semua rumah dibangun menghadap ke selatan kecuali pangkéng malang yang menghadap ke timur, sekarang tidak lagi mengacu pada aturan atau pakem, lantaran sebuah kondisi tidak lagi membutuhkan perangkat syarat yang demikian rupa.
Memang kenyataannya, bagi masyarakat Sumenep (Madura) jaman dulu untuk membangun rumah, mereka sangat memperhatikan secara tegas posisi atau letaknya. Hampir dipastikan posisi atau letak bangunan rumah jangan sampai mésong (serong/tidak mengarah pada arah mata angin“utama” barat, utara, timur dan selatan). Bangunan rumah yang posisinya mésong dianggap kurang pada tempatnya bahkan menyimpang dan kelaziman dan kepatutan.
Bukan saja letak dan posisi bangunan rumah, perilaku perorangan yang menyimpang dalam kehidupan kesehanian disebut juga sebagai kalakowan mésong (pekerjaan serong). Itulah sebabnya para orang tua-tua di Sumenep sering memberikan petuah pada putra-putranya: ajjhâ’ andi’ kalakowan mésong atau mon alako pateppa’ ajjhâ’ song-mésong (jika bekerja haruslah dengan cara yang benar dan jujur, jangan sampai melakukan kegiatan yang menyimpang aturan atau norma).’
Sebagai bahan referensi, ada sejumlah prosedur seseorang untuk membangunan rumah. Rumah bukan sekedar tempat belindung, tapi tentu juga menjadi jiwa dalam kehidupan penghuninya. Ada tahapan yang harus dilakukan seseorang untuk membangunan rumah: