Tradisi Carok Sebagai Substansi yang Relasionalistik

Kalau kita mau menoleh sejenak pada sejarah carok sebelum kemerdekaan dibandingkan pengertian carok pada saat ini, jelas telah mengalami perubahan. Pada zaman sebelum kemerdekaan orang Madura yang akan melakukan carok didahului oleh perjanjian tentang kapan dan dimana carok akan dilaksanakan serta senjata tajam jenis apa yang akan digunakan. Bahkan ketika carok berlangsung orang-orang desa dapat menyaksikannya. Pada saat itu, carok merupakan suatu perang tanding untuk menguji keperkasaan seseorang, sehingga carok lebih mirip suatu pertandingan. Pemenangnya dianggap sebagai seorang jagoan, sedangkan pihak yang kalah secara ksatria mengakui kekalahannya tanpa ada keinginan untuk membalas dendam (Latief Wiyata, 2002: 201). Cara melakukan carok seperti ini sekarang sudah tidak ada lagi.

Simbol selalu “berkaki dua”, sebuah kaki berakar pada bahasa dan kaki yang lain berakar dalam kenyataan kehidupan. Oleh karena itu simbol tidak mungkin ditafsir sampai tuntas (Dibyasuharda, 1990: 239). Carok sebagai simbolisasi masyarakat Madura dapat dipahami dan direfleksikan sebagaimana pemahaman simbol di atas. Dengan kata lain, selama orang Madura tetap memaknai carok sebagai suatu proses pelampiasan kepuasan dan kebanggaan bahkan dendam, kemudian mewujudkannya dalam simbol berupa benda-benda yang erat kaitannya dengan peristiwa carok itu sendiri, maka selama itu pula orang Madura tidak akan pernah terlepas dari tindakan kekerasan, dalam upaya mencari penyelesaian konflik yang bersumber pada pelecehan harga diri (Latief Wiyata, 2002: 215).

Tradisi carok akan teraktualisasi dan terbuka bagi setiap penafsiran bersamaan dengan adanya perubahan masyarakat Madura itu sendiri, baik secara ekonomis, edukatif dan pemahaman pandangan dunia.

 

Artikel bersambung:

  1. Refleksi Metafisis Atas Makna Substantif Carok dalam Budaya Madura
  2. Tradisi Carok Sebagai Substansi yang Relasionalistik
  3. Aspek Transendensi dan Imanensi Dalam Tradisi Carok
  4. Perbincangan Kritis Atas Tradisi Carok
  5. Tradisi Carok Sebagai Substansi Substansionalistik

Sumber:  Jurnal Filsafat, Desember 2003, Jilid 35, Nomor 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.