- Aspek Statisme
Pada aspek ini tradisi carok tidaklah tersekat-sekat dalam ruang dan waktu, tidak terpengaruh pada adanya proses historis dan dinamisasi masyarakat Madura. Dengan perkataan lain, sepanjang sejarah adanya tradisi carok ia tetaplah merupakan tindakan kekerasan, yang berujung pada penghilangan nyawa orang lain. Oleh karenanya menjadi semakin jelas bahwa unsur kekerasan merupakan sesuatu yang inheren dan tidak bisa dilepaskan dari tradisi carok dalam masyarakat Madura.
Melalui pengamatannya terhadap tradisi carok dalam masyarakat Madura, Touwen-Bouwsma (1989: 162) mengungkapkan bahwa tradisi carok merupakan upaya pembunuhan untuk menjaga harga diri dan kehormatan. Bahkan dia juga mengamati adanya pembunuh bayaran dalam beberapa kasus carok. Dalam konteks ini tampaknya Touwewn-Bouwsma ingin mengatakan bahwa kekerasan merupakan sesuatu yang terlekat dan bersifat tetap dalam setiap peristiwa carok, yang terjadi dalam masyarakat Madura dengan pembunuhan sebagai indikasinya.
Pada bagian lain Touwen-Bouwsma menyatakan bahwa orang Madura dan pisaunya adalah satu. Tangannya selalu siap untuk merampas dan memotong. Dia sudah terlatih untuk menggunakan segala macam senjata, tetapi paling ahli dalam menggunakan arit. Tanpa arit ini dia tidak lengkap, hanya setengah laki-laki, orang liar yang sudah dijinakkkan (1989: 159).
Dengan kutipan di atas, penulis ingin menegaskan bahwa unsur kekerasan dalam tradisi carok merupakan hal yang biasa pada masyarakat Madura, terutama jika menyangkut kehormatan diri yang dilecehkan. Oleh karenanya tidaklah terlalu salah jika orang luar Madura beranggapan bahwa orang Madura bertemperamen tinggi, pendendam dan suka melakukan tindakan kekerasan.