Halifaturrahman, salah seorang seniman Pamekasan, mengungkapkan tradisi ini sebagai bentuk pemersatuan semua kalangan, “kita menyatukan dari semua elemen masyarakat untuk menikmati hidangan tanpa melihat strata sosil masyarakat”.
Menurut dia, ada empat tumpeng yang dibawa masyarakat dan bagian dari pemerintah. Salah satunya diberikan kepada panitia, satu tumpeng kepada anak yatim, satu tumpeng diserahkan pada tokoh masyarakat, dan sisa satu tumpeng lainnya dinikmati bersama-sama. ”Jadi, makna dari tradisi ini lengkap, kepedulian sesama umat, untuk bersatu dan selalu bersama-sama. Tidak ada sekat apa pun yang memisahkan kita,” tambahnya.
Wakil Bupati Pamekasan, Kadarisman Sastrodiwirjo yang peduli terhadap tradisi Madura itu, mengungkapkan, tradisi ghatean merupakan salah satu cermin dari kebiasaan masyarakat Pamekasan yang senang berbagi.
Wakil Bupati meminta agar tradisi tersebut selalu dirayakan agar menjadi media pemersatu umat. ”Terutama untuk menguatkan tali silaturahmi,” ujarnya.