Tradisi mantenan (perkawinan) telah ada sejak dahulu hingga sekarang bahkan sampai masa masa selanjutnya. Hal ini tak akan pernah pudar selagi bumi masih berputar dan manusia terus lahir laki laki dan perempuan, bisa di bilang kisah dalam sejarah mantenan telah teraplikasi dari para leluhur kita adam dan hawa.
Mantenan atau dalam bahasa masyarakat giligenting (ghabay) entah itu dilaksanakan secara sederhana maupun secara mewah mewahan (ghabay raje) tradisi seperti ini sudah lazim terjadi di perkotaan maupun di desa desa pedalaman, tradisi mantenan ini khususnya bagi masyarakat giligenting di jadikan sebagai momen untung untungan, tidak beda halnya dengan sebuah arisan, yang tak lain sama halnya untuk memperoleh nilai materi semata. kata orang giligenting ‘mangantane ana’ seolah olah anak di jadikan kedok untuk mendapatkan tambahan materi,padahal inti dari sebuah mantenan adalah mengharap doa dan barokah atas kelangsungan perkawinan mempelai berdua.
Namun kenyataanya cara pandang masyarakat berubah dengan memprioritaskan penarikan penarikan dari para undangan yang berupa materi, barang, atau jasa. (otang tengka) dan lagi tradisi mantenan yang terjadi masyarakat giligenting acara mantenan kerap kali membuat masyarakat giligenting panik dan trouma karena acara mantenan kerap kali di laksanakan di bulan syawal.
Karena menurut mereka khususnya bagi masyarakat yg merantau, pada bulan syawal adalah bulan berkumpulnya masyarakat giligenting, setelah setahun lamanya menetap di perantauan di saat hari raya idul fitri tiba masyarakat giligenting berbondong bondong untuk pulang kampung,
jawabannya gk nyambung sama soal yang saya ajukan.. klau bgitu bgus nggk usah dijawab, klau jawabannya ngantur dan tdk masuk akal.
Jawaban yang mana?. Tolong cantumkan link.
Akan lebih baik bila anda datang langsung menemui kami, (apabila bermaksud menelusuri keinginan) sebab persoalaan budaya, tradisi, apalagi kesejarahan tidak selalu dan harus dijawab lewat komentar disini.