Demikian pula seni tradisi Sumenep, yang saya sebut konten lokal dengan memiliki ciri dan warna tersendiri di Madura. Namun sayang, semua itu tidak diperhatikan oleh pemerintah, dan sekarang sebagian telah menjadi kenangan.
Selama ini, apakah ada gerakan kebudayaan yang massif di Sumenep?
Dalam kontelasi seni modern, tampaknya memang massif. Namun bila kembali pada nilai-nilai yang lahir dari kesenian daerah tampaknya passif dan stagnan.
Siapah yang harus bertanggung jawab atas keterancaman kebudayaan Sumenep jika suatu saat nanti budaya Sumenep terancam budaya luar yang masuk lewat visit 2018?
Tanggung jawab bersama tentu, masyarakat, pelaku seni budaya dan pemerintah sebagai regulator.
Harapan bapak kedepannya terkait kebudayaan Sumenep dalam menjaga pengaruhnya dari budaya luar?
Masuknya budaya luar tidak bisa ditangkal dengan himbauan atau aturan, secara alami budaya yang juga disebut instans itu akan menyatu kehidupan masyarakat dengan segala cara dan polanya.
Untuk itu, sewajarnya bila melakukan gerakan revitalisasi dari semua kehidupan budaya Sumenep. Khususnya dari kalangan anak-anak dan remaja, pemahaman budaya Sumenep perlu diperkenalkan dan disosialisasikan melalui lembaga-lemba pendidikan, komunitas masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam posisi ini paran Pemerintah sangat prinsip dan mendasar, karena terkait dengan kebijakan yang diarahkan pada kelembagaan maupun komunitas masyarakat. Dan seyogyanya terbangun sinergi antara pemerintah, pelaku budaya dan masyarakat. Dengan kata lain, tidak menjadi penting lagi otoritas pemerintah menentukan konsep kebudayaan. Segera hentikan egoisme pemerintah yang merasa paling paham dan penentu konsep budaya daerah. Demikian pula para budayawan, seniman, sastrawan dan pelaku seni lainnya, untuk segera bersinergi dengan pihak lain dalam menata kehidan budaya Sumenep selanjutnya. Sebab keberlangsungan budaya daerah bergantung pada kita semua. (*)
