Tradisi, Ritual dan Keyakinan Beragama Masyarakat Kangean

terdapat guru ngaji yang memiliki multiperan. Multiperan guru ngaji adalah mengajarkan cara mengaji Alquran, menyembuhkan penyakit, memecahkan masalah, dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang hokum Islam. Guru ngaji juga merupakan pemimpin ritual yang menguasai magis religius(pot eka) sehingga sering diidentikkan dengan dukun dan elit agama desa. Guru ngaji tidak memungut bayaran secara formal atas jasa yang dilakukannya. Bayarannya untuk mengajar ngaji hanya berupa uang sebesar Rp500 per orang setiap malam Jumat (obeng kemisan). Kebutuhan ekonomi keluarganya dipenuhi dari hasil bertani, berdagang, nelayan, atau uang pensiunan pegawai pemerintah.Saat ini di perkampungan tersebut terjadi perubahan yang disebabkan oleh masuknya migran internasional, barang elektronik-radio, televisi, dan hadirnya para santri dari Pulau Kangean yang telah menyelesaikan pendidikannya di pesantren-pesantren modern dan salaf.

Perubahan perkampungan juga terjadi karenapenetrasi de sa dalam birokrasi nasional,jaringan perdagangan kayu jati, jaringan pelayaran regional dan pendidikan formal.

Perubahan itu menimbulkan konflik dan integrasi dengan konstruksi interaksi antara lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya dan institusi produk perubahan itu. Kehadiran SD, SLTP, SMU dalam perebutan siswa dinyatakan sebagai pesaing oleh Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan MadrasahAliyah (MA).

Keberadaan SMU Muhammadiyah dikonstruksi sebagai pesaing oleh MA  yang dikelola oleh warga Nahdhatul Ulama (Nahdiyyin). Taman Pendidikan Alqu ran (TPQ) pada derajat tertentu juga mengurangi peran guru ngaji. Interaksi antarkeyakinan keagamaan yang dilekatkan kepada masyarakat dalam bentuk Muhammadiyah (MD), Nahdhatul Ulama (NU), dan Persis telah menimbulkan konflik dan integrasi (Bustami 2001b).

Secara kultural, Pulau Kangean memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan Madura (Bustami 2001a: 7–9). Tulisan Kuntowijoyo (l980); Jordan (l985); Niehof (l985); de Jonge (l989); Wiyata (2002); dan Bouvier (2002) yang menyatakan Kangean sebagai epigon

Tulisan bersambung:

  1. Tradisi, Ritual dan Keyakinan Beragama Masyarakat Kangean
  2. Perbedaan kebudayaan Kangean dengan Madura
  3. Respon Keyakinan Keagamaan Orang Kangean
  4. Legitimasi Subyektif  Pemuka Agama Masyarakat  Kangean
  5. Interaksi Islam Kangean dan Kebudayaan Pendatang

 (Judul asli: “Islam Kangean”;  sumber   : http://www.fisip.ui.ac.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.