Pada babak pertama formasinya dimulai dengan posisi duduk di atas lutut seperti posisi tasyahud awal dalam shalat dengan formasi membentuk lingkaran sambil bertepuk tangan secara teratur, bergantian mengiringi irama bacaan, bertepuk secara serentak ketika sedang melafadzkan kalimat “Allâh”. Formasi tersebut berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan posisi berdiri membentuk lingkaran, sesekali formasi lingkaran agak menguncup ketika posisi menghadap ke depan dan agak melebar ketika sedang menghadap ke belakang. Pada posisi inilah ada seorang pemimpin yang mengatur irama tepuk tangan selama 15 menit dan diakhiri dengan kalimat-kalimat pujian dan shalawat kepada Rasulullah (Allâhumma shalli alâ Muhammad).
Sepanjang babak ini berlangsung, mereka tiada henti-hentinya melafadzkan kalimat “Allâh….Allâh….” yang diiringi dengan irama tepukan dan bacaan dari salah seorang yang menjadi pimpinan. Seringkali bacaannya diperkeras ketika terjadi pergantian dari menghadap ke depan berganti menghadap ke belakang Babak kedua dimulai dengan posisi yang berbeda, yaitu posisi duduk dengan kaki sebelah ditekuk ke belakang, yang sebelah lagi ditekuk ke atas, kemudian berdiri sambil menghadap ke kiri dan ke kanan secara beraturan mengiringi irama bacaan (nasyid) dengan formasi tetap pada lingkaran. Kemudian dilanjutkan dengan posisi formasi berdiri sambil menghadapkan badan ke kiri dan ke kanan dan setiap menghadapkan badannnya ke kanan maupun ke kiri diiringi dengan mundur satu langkah, sehingga selama samman berlangsung para anggotanya berada pada tempat yang berbeda sampai babak ini selesai, dan pada akhirnya mereka kembali ke tempat duduk semula. Dalam setiap pergantian melangkah maju maupun mundur selalu diselingi dengan tepuk tangan satu kali. Pada babak ini ada beberapa bacaan yang dibawakan oleh mereka sesuai dengan tugasnya.
Salah seorang dari mereka yang memang sudah terbiasa menjadi pembawa lagu maupun bacaan lainnya (nasyid) melantunkan nyanyian bernada pujian kepada Nabi maupun putri Nabi, Siti Fatimah. Kemudian digantikan dengan seorang Nasyid lainnya dan melantunkan bacaan Shalawat. Sedangkan para anggota yang lain melantunkan kalimat dzikir “Allâh… hasbunallâh” secara berulang ulang tanpa henti mengiringi bacaan nasyid dan selingan tepuk tangan, sehingga membentuk irama yang teratur.