Ul-daul, Pengembang Musik Tong-tong.
Sebagaimana musik Tong-tong, Ul-daulpun awal pengembangannya diperagakan sebagai musik patrol sahur, namun dalam perkembangannya musik Tong-tong kurang diminati, lantaran – barangkali – alat-alat musik lain mulai dipegunakan para patroli sahur. Bahkan bukan alat-alat musik yang mulai terjadi perubahan, alat suara (sound system) jauh lebuih praktis dan nyaring dimanfaatkan kelompok patrol ini berkeling kampung. Dari sinilah tradisi patrol sahur dalam bulan Ramadlan semakin langka.
Entah bagaimana awalnya, tampaknya ada kesepakatan tidak tertulis dari pelaku patrol sahur. Barangkali mereka (patroli sahur) termotivasi fenomena musik di Indonesia, sehingga musik Tong-tong dikembangkan lagi menjadi lebih proporsional. Alat-alat musik tidak ada bedanya dengan alat musik sebelumnya, namun disini dilengkapi intrumen baru, meski sangat sederhana. Contoh misal, untuk melahirkan irama melodi mereka gunakan alat musik gamelan peking, atau untuk tambur, mereka galon minuman mineral untuk melahirkan bunyi bas, dan lainnya.
Sama dengan Ul-daul, alat musik yang digunakan tentu lebih besar dan lebih lengkap. Pembentuk irama misal beberapa alat musik peking, kenong, kendang serta alat wajibnya yaitu tong-tong, dung-dung, dug-dug, bung-bung dan sejenisnya mencipkan suara lebih dinamis dan menggetatkan. Apabila ditambah sound system yang memekakkan terima. Wahh, gemuruh rasanya.