Marakkan Ul-daul (sampai sekarang siapa awal pencipta d an pemberi nama Ul-daul, belum diketahui), tapi sebagian orang berpendapat, kata Ul-daul, berasal dari kata “gaul”,ul-gaul”, dan dipraktiskan menjadi “ul-daul”. Dalam pengucapkan dan uangkapan orang Madura, misal: sebutan anak laki-laki “kacong” tapi kerap dipanggil “encung”, untuk perempuan “cebbhing”, tapi juga dipanggil “embeng”, atau nama-nama yang berahir dengan kata ……..udin, maka mereka akan dipanggil “Endin” atau “Ending” dan seterusnya. kemudian diucapkan dalam bahasa Madura menjadi “
Sebagaimana kerapan sapi, festival Ul-daul pada akhirnya menjadi ajang prestise bagi para pesertanya. Bukan hanya musik yang ditampilkan, tapi lebih jauh dalam peragaan penampilan dengan berbagai bentuk san asisoris sangat dominan sebagai bentuk kemeriahan penampilan. Apalagi penampilan dalam festival Ul-daul didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah di wilayah Madura, sehingga antutias peserta semakin meningkat dengan berbagai motivasinya.
Lagi-lagi, sebagaimana kerapan sapi, penampilan dalam festival Un-daul memakan beaya cukup besar, konon kabarnya untuk beaya satu set lengkap alat musik Ul-daul bisa mencapai 30 – 40 juta. Dan dalam proses penggarapan media pendukung, tidak cukup dilakukan satu hari ditempat start menjelang festival. Dan bahkan kelap kelip lampu dan lampu sorot (bahkan strobo light) menjadi ornamen kemeriahan dari masing-masing peserta, termasuk didalamnya pengeras suara (sound system kapasitas besar), serta diesel tenaga listrik selama perjalanan festival berlangsung.
Namun kenyataannya, Ul-daul bukan hanya ditampilkan pada saat patrol sahur bulan Ramadlan saja, tapi justru berkembang menjadi tontonan pada saat peringatan hari-hari besar nasional, maupun acara tutup ajaran sekolah, imtihanan, bahkan peringatan hari-hari besar Islam. Sebab dalam menyajikan lagu-lagu, Ul-daul dapat menyesuaikan kondisi lagulagu yang dibutuhkan dimana dia tampil, bisa lagu-lagu Madura, atau lagu-lagu Islami yang kerap dilantunkan dalam musik qasidah.
Lebih menarik lagi, musik Ul-daul telah merambah penampilannya di berbagai wilayah, kota-kota besar dan daerah lainnya, dengan mendapatkan antusias dan sambutan yang cukup menggembirakan. Maka tidak ayal, bila musik Ul-daul menjadi fenomena musik tradisi masyarakat Madura. Selanjutnya apalagi? (Lontar Madura)