Keesokan harinya dari pihak perempuan mengadakan acara ke tempat pihak laki – laki yang di sebut Bebelesan. Selanjutnya sampailah pada hari akat nikah yang di rayakan seperlunya. Kemudian berikuanya di adakan suatu acara yang di namakan Panganten Atolo, yaitu pengantin laki – laki mau memasuki rumah pengantin perempuan yang di lakukan malam hari yang diiringe dengan oleh para keluarga dengan cara yaitu sekitar 5 meter dari pintu masuk, maka pengantin laki – laki dan rombongannya jalan berjongkok sambil kedua tangannya menyalami kedua mertuanya. Sedangkan pengantin wanitany menonggu di dalam kamar.sorak para tamu dan undangan tak terhentikan ketika pengantin laki – laki memasuki kamar wanita.
Keesokan harinya di lanjutkan dengan hiburan Kokocoran yang di selenggarakan sore hari yaitu para keluarga daan kerabat menari mengelilingi kedua dua mempelai dengan gamelan dan kebiasaan yang lain untuk meramaikan acara .
Pada malam kedua, kegiatan pentunjukan terus berlangsung seperti diadakan acara kesenian seperti Macopat (melle’an ) dan kedua mempelai tidak di perbolehkan untuk tidur selama acara berlangsung satu malam sunntuk untuk mendengarkan sura macopat yang merdu yang di namakan Kapotren.
Adat – istiadat terus berlangsung sehingga beberapa bulan kemudian sampai mempelai hamil, setalah kandungangnya berusia 7 bulan maka di adakan syukuran yang biasanya sebut dengan serlamatan 7 bulan, caranya :ibu hamil di dudukkan di atas kelapa sambil sang dukun dan para sesepu menyerami air dengan cara bergantian kemudian kelapa tadi di belah dau dan di lemparkan keatas untuk menentukan apakah yang akan di lahirkannya nanti laki – laki atau perempuan.setelah ruwat dilakukan biasanya ada sedikit perubahan pada ibu hamil tersebut seperti ngedam.
Beberapa bulan kemudian,lahirlah seorang bayi dan biasanya para kerabat dn tetangga menjenguknya. Dan pada saat bayi berusian 40 hari di adakan acara selamatan yang biasanya disebut Aqiqah sekaligus pemberian nama.
Unik dan menarik