Menurut masyarakat Legung, pasir dipercaya bisa menyembuhkan penyakit. Kebiasaan mereka beraktivitas di pasir bukanlah sesuatu yang disengaja namun merupakan suatu kebiasaan yang tidak disengaja dan akhirnya menjadi aktivitas mereka sehari-hari, selain itu karena tempat tinggal mereka juga di daerah pesisir.
Upacara pernikahan merupakan salah satu tradisi yang bersifat penting dan mengakar di masyarakat. Hampir di semua wilayah , masyarakat adat menempatkan masalah pernikahan sebagai urusan keluarga dan masyarakat. Upacara-upacara adat itu dapat berlaku sejak dilakukannya ketika lamaran, pelaksanaan pernikahan ataupun sesudahnya. Pernikahan bukan semata-mata urusan pribadi yang melakukan pernikahan itu. Di kalangan masyarakat umumnya tidak cukup hanya melakukan pernikahan menurut ketentuan agama saja, melainkan dengan melaksanakan upacara adat baik dalam bentuk sederhana ataupun dalam bentuk besar-besaran. Hal itu menunjukkan bahwa upacara pernikahan adalah hal yang sangat penting bagi kalangan masyarakat tertentu dan bahkan menjadi suatu keharusan untuk melaksanakannya.
Istilah pangantan tandhu secara istilah yang digunakan oleh masyarakat desa Legung Timur untuk menyebut pengantin yang diusung menggunakan tandu, sedangkan pengertian secara lengkap adalah adat pernikahan masyarakat Legung, Kecamatan Batang-batang, yang setiap proses tahapan pelaksanaan mempelai wanita diusung menggunakan tandhu atau tandu. Tradisi pernikahan ini sangatlah unik karena dalam
prosesinya melibatkan ratusan orang (tidak termasuk tamu undangan) serta tradisi pernikahan semacam ini hanya satu-satunya di daerah Sumenep, bahkan di Madura. Uniknya lagi, tradisi pangantan tandhu ini tidak mutlak bagi mereka yang melakukan pernikahan (akad nikah) melainkan apabila ada yang bertunangan juga dilaksanakan acara pangantan tandhu yang membedakan adalah pada proses inti pelaksanaan pangantan tandhu itu sendiri.
Sambungan tulisan:
- Upacara Adat Pengantin Legung Sumenep
- Simbolitas dan Perangkat Pangantan Tandhu
- Upacara Ngekka’ Sangger
- Pelaksanaan Pangantan Tandhu
Catatan admin: Menurut Edhi Setiawan, budayawan Madura, “pangantan tandhu sudah tidak dilaksanakan lagi oleh masyarakat setempat. Setelah tahun 80-an, tradisi pengantin ini beralih naik kuda (jharan kenca’) dengan perangkat disederhanakan. Dan tahun-tahun terakhir ini, trandisi pengantin di Legung dilaksanakan lebih praktis lagi, sebagaimana terjadi pada masyarakat Sumenep umumnya”.