Dwi Sulistyorini *)
Unsur-Unsur Upacara Nadar dan Pemaknaannya
Upacara nada r dilaksanakan sebagai ungkapan terima kasih kepada Tu- han yang telah memberikan rezeki, yaitu panen garam. Pelaksanaan upacara tidak terlepas dari tempat upacara, saat upacara benda-benda dan alat upacara, serta orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Sejum- lah instrumen ritual disajikan secara khusus sehubungan dengan upacara itu. Instrumen yang digunakan dalam upacara pertama dan kedua sama, yaitu bunga dan bedak serta kemenyan ditambah nasi dan lauk ayam, telur, serta bandeng. Bunga dan bedak digunakan untuk tabur bunga di makam leluhur.
Hal ini sebagai simbol rasa terima kasih kepada leluhur, sedangkan kemen- yan merupakan parfum atau wewangian bagi arwah leluhur. Nasi sebagai simbol rezeki yang dihasilkan para petani garam. Ayam merupakan binatang yang bertelur sehingga masyarakat menganggap bahwa ayam merupakan simbol harapan supaya rezeki yang dihasilkan terus melimpah. Karena ayam yang disajikan utuh (pitik ndhekem) maka disebut ayam ungkul. Pemaknaan ini disesuaikan dengan kemiripan bunyi fonetisnya dengan tumungkul (ter- capai kehendak). Telur merupakan perwujudan rezeki yang dihasilkan dan bandeng merupakan binatang yang hidup di tambak begitu pula garam se- hingga hal ini sebagai simbol hasil panen.
Instrumen pada upacara nadar ketiga, yaitu nasi, telur, dan bandeng. Semua itu diletakkan di atas panjang (piring keramik asing). Simbol dari nasi, telur, dan bandeng sama dengan upacara nadar pertama dan kedua. Pir- ing keramik ini sebagai simbol tempat menyimpan rezeki. Piring keramik (panjang) dikeluarkan pada upacara ketiga karena sebagai simbol menyim- pan rezeki dan diharapkan hasil panen terakhir bisa ditabung, sedangkan pada panen pertama dan kedua hasilnya digunakan untuk makan dan kebu- tuhan sehari-hari. Naskah-naskah kuno yang dibacakan adalah naskah Sam- purna Sembah dan Jatiswara dan hanya bagian-bagian tertentu saja yang di- bacakan, yaitu yang isinya berupa ajaran-ajaran Islam sehingga dapat dijadi- kan panutan dalam hidup sehari-hari. Tombak dan keris, benda-benda ini, mempunyai kekuatan gaib dan harus diperlakukan secara hati-hati. Keris dan tombak merupakan senjata yang mereka peroleh dari leluhurnya. Keris dan tombak sebagai simbol kekuatan supaya terhindar dari gangguan para lelem- but.
Upacara dilakukan pada hari Jumat yang dimulai pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB karena masyarakat Sumenep mayoritas beragama Islam. Sebelum upacara mereka melaksanakan Shalat Jumat terlebih dahulu. Dipilihnya hari Jumat karena hari tersebut dianggap hari baik dan suci.