Mengapa demikian? Karena disamping usaha identifikasi budaya sebagaimana disinggung di atas terlambat dilakukan (sebagai langkah antisipasi), ditambah lagi dengan gencarnya propaganda lain yang bersifat materialistik dan tuntutan ekonomis. Bahkan bukan hanya itu, kesadaran untuk mempertahankan diri pun, bagi masyarakat Madura saat ini terkesan dadakan dan kebakaran jenggot.
Lalu strategi apa yang ingin kita terapkan dalam rangka mempertahankan intensitas budaya Madura pasca Suramadu ini? Ini adalah pertanyaan besar yang akan kita diskusikan bersama. Dalam oretan singkat ini, saya hanya ingin memaparkan beberapa gagasan yang sempat bergulir di berbagai seminar tentang budaya Madura itu sendiri atau inisiatif para tokoh Madura, di antaranya:
- pengembangan SDM masyarakat Madura yang lebih bersifat aplikatif; baik berupa akademis maupun teknis lainnya. Seperti pemberian beasiswa bagi putra daerah dalam bidang-bidang tehnik dan perindustrian (H.M. Noer, dinas-infokom-jatim.go.id, 13 Jaunuari 2004)
- pengembangan ekonomi kerakyatan yang merata dan percepatan pembangunan daerah (Didik J Rachbini, Atur Strategi, Jangan Keburu Minta Provinsi, serambi Madura, 20 Desember 1999)
- pengembangan infrasruktur yang lebih maju. (Andang Subaharianto, Rencana Pembangunan Jembatan Suramadu, Kompas Jatim, 21 Oktober 2002)
- ada kesepakatan kolektif dari masyarakat untuk tetap mempertahankan budaya local, ini dapat direalisasikan dengan cara mendudukkan seluruh pimpinan stakholder pemerintah Madura dalam satu tempat. (Lokakarya)
- tata letak daerah yang mendukung terhadap pelestarian budaya, seperti didirikannya masjid-masjid di tempat-tempat strategis dan perkantoran dan pertokoan. (Rektor Univ. Unitomo Bangkalan)
- aktualisasi peran santri dan pesantren dalam bidang-bidang perdagangan dan peternakan, artinya, civitas pesantren dituntut untuk mampu mengoptimalisasikan perannya dalam semua lini, termasuk lahan-lahan teknis politik praktis dan ekonomi. (H.M. Noer dinas-infokom-jatim.go.id, 13 Jaunuari 2004)
- dll.
Dengan demikian, usaha membangun strategi pertahanan sebagaimana kita pahami urgensinya di atas, tidak bisa hanya mengandalkan pertahanan yang difensif, akan tetapi harus kita lakukan dengan aksi-aksi kreatif dan inovatif yang terus menerus. Serta adanya perhitungan yang matang, mengukur kekuatan lawan dengan kemampuan kompetitif kita. Sebab kalau tidak, yang terjadi malah sebaliknya. (27 Pebruari 2006)
(disampaikan dalam diskusi santai dengan komunitas masyarakat Madura yang tergabung dalam Forum Studi Keluarga Madura (FOSGAMA) Mesir, di secretariat, pada tanggal 28 Pebruari 2006)
Sumber : http://www.kaskus.us/