Rima dalam paparegan sangat mendapat perhatian menjaga keindahan bagi pendengaran karena pada pemakaiannya, paparegan tidak termasuk sastra tulis, tetapi sastra untuk dilagukan. Meskipun lua larik terdahulu yang disebut sampiran tidak mengandung isi apa-apa tetapi aspek bunyi selalu memberi keindahan yang menyarankan seakan-akan ada sambungan estetis antara sampiran dengan isi. Antara larik satu dengan larik tiga, dan larik dua dengan larik empat, terjalin benang halus yang dipadukan oleh persamaan bunyi
Sampai sekarang paparegan masih disukai banyak orang. Pada beberapa kesenian Madura tradisional, seperti ludruk, topeng, dan lain-lain, kehadiran paparegan bukan hanya sekedar variasi, tetapi memang sudah menjadi kebutuhan, untuk menunjang keberhasilan pementasan.
Tulisan bersambung: