Kemampuan mereka menguasai teknologi dalam pembuatan pacul mengisyaratkan bahwa mereka telah mampu bercocok tanam. Jenis tanaman yang dibudidayakan disesuaikan dengan lingkungan dam Madura yang memiliki musim kemarau cukup panjang. Tanaman pertanian yang dibudidayakan mereka terbatas pada ubi, gembili, gadung, suweg dan pisang. Di hutan monsoon tropic pulau Madura, mereka menemukan labing atau kecunda (Tacca palmate), kesambi (Schleichera oleosa), duwet (Syzgium cumini) , sukun dan keluwih (ocaitiuJ altilis), siwalan (Borassus sundaicus) , kelapa (Cocos nucifera) dan tumbuhan lain yang langsung dapat dipanen hasilnya.
Mereka sudah mampu beternak ayam dan sapi serta memelihara anjing untuk keperluan berburu. Untuk keperluan mengolah. makanannya mereka menguasai teknologi pembuatan gerabah dan tanah liat. Mereka memiliki periuk belanga untuk memasak dan layak digunakan sebagai piring tempat makan.
Ladang-ladang sederhana semakin berkembang menjadi lahan pertanian yang hasilnya bisa diandalkan. Tanah pertanian umumnya diolah oleh para pria, sedangkan penanaman, pemeliharaan serta panen dikerjakan oleh para wanita. Pada waktu itu telah menunjukkan pentingnya peranan ibu dalam kehidupan keluarga.
Semua ajaran yang dibawa bersama kebudayaan pendatang itu Iambat laun menyatu dengan akar tradisi kebudayaan lokal Madura asli. Akar budaya setempat tadi diperkuat dengan landasan falsafah yang bersifat lebih memantapkan terhadap dinamika kebudayaan masyarakat Madura. Pengaruh kebudayaan baru itu menyempunak an sistem tatanan sosial yang sudah terbentuk sebelumnya.
Adanya kidung-kidung penghormatan terhadap Ibu melebihi penghormatan pada Bapak. Hal ini tercermin dalam ungkapan Bhupa’, Bhahbu’, Ghuru, Rato (Bapak, Ibu, Guru, Raja).
Tulisan berkelanjutan:
- Awal Kedatangan Leluhur di Tanah Madura
- Budaya Pertanian Masyarakat Madura
- Mata Pencaharian Penduduk Masyarakat Madura
- Agama dan Kepercayaan Orang Madura
- Perkembangan Bidang Pemerintahan di Madura
- Pola Pemukiman Penduduk Masyarakat Madura
- Mencari Asal Kata dan Arti Sumenep
Penghormatan ini sudah ada sejak masa nenek moyang. Pada umumnya para lelaki memiliki pekerjaan mata pencaharian sebagai nelayan. Mata pencaharian nelayan ini menyebabkan mereka (kaum laki.-laki) sering meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama. Sampai saat mi kebiasaan merantau masih dilakukan para lelaki atau suami di pulau-pulau sekitar Sumenep, seperti pulau Tonduk, pulau Gua-gua dan lain sebagainya. DaLam kehidupan sehari-hari Ibu memegang peranan penting dalam mengasuh serta mendidik anak. Hal mi yang menyebabkan mereka merasa lebih dekat kepada ibu dan pada kepada ayah. Dalam kehidupan seharian perempuan juga bekerja seperti menyabit rumput untuk makanan temak atau membatik serta membuat anyaman tikar dan lain sebagainya. Dengan demikian di Sumenep/Madura kedudukan ibu sangat berarti dalam kehidupan rumah tangga. (Lontar Madura)