Lintu Tulistyantoro
Permukiman tradisional Madura adalah suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluargakeluarga yang mengikatnya. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun, sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya. Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah, atau dihuni sepuluh2keluarga yaitu keluarga batih yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan keluarga kandung merupakan ciri khas dari kelompok ini (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982)
Susunan rumah disusun berdasarkan hirarki dalam keluarga. Barat-timur adalah arah yang menunjukan urutan tua muda. Sistem yang demikian mengakibatkan ikatan kekeluargaan menjadi sangat erat. Sedangkan hubungan antar kelompok sangat renggang karena letak permukiman yang menyebar dan terpisah. Ketergantungan keluarga tertentu pada lahan masing masing. Di ujung paling barat terletak langgar. Bagian utara merupakan kelompok rumah yang tersusun sesuai hirarki keluarga. Susunan barat-timur terletak rumah orang tua, anak-anak, cucucucu, dan cicit-cicit dari keturunan perempuan. Kelompok keluarga yang demikian yang disebut koren atau rumpun bambu. Istilah ini sangat cocok karena satu koren berarti satu keluarga inti.
Garis keturunan masyarakatnya adalah matrilineal. Hal ini tampak pada tata atur dan kepemilikan rumah, meskipun saat ini mereka menganut extended family. Rumah identik perempuan dan dimiliki bersama, artinya perempuan adalah pemilik sekaligus pemakai rumah tetapi suatu saat pemakaian rumah bisa berpindah saat seniornya yang meninggal dan yang muda akan menempati rumah yang lebih tua. Senior berkewajiban terhadap kesejahteraan juniornya, lebih khusus bagi junior perempuan.
Gambar 1 adalah salah satu model tanean lanjang, yang memperlihatkan adanya pembagian dan komposisi ruang didalamnya. Rumah berada di sisi utara, langgar di ujung barat, kandang di sisi selatan dan dapur menempel pada salah satu sisi rumah masing-masing. Halaman tengah inilah yang disebut dengan istilah tanean. Apabila tanean panjang maka halaman ini disebut tanean lanjang. Tanean menurut generasi penghuninya memiliki sebutan bermacam macam seperti pamengkang, koren, tanean tanjang, masing masing terdiri atas tiga, empat dan lima generasi. Tanean lanjang saat ini sangat sulit ditemukan (Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997). Tulisan ini bertujuan untuk memahami makna sesuai
dengan konteks primordial masyarakatnya. Dengan memahami makna dari pola ini diharapkan banyak hal yang bisa dikembangkan dan dipelajari lagi dari pemikiran masyarakatnya.\