Meluruskan Makna Labãng Mèsem

Bicara manusia bertubuh cabhul, cebol atau kerdil, tentu bukan hal yang aneh. Di masa kini, kelainan genetik atau yang sifatnya alamiah, faktor X, yang murni merupakan kehendak Sang Kuasa menciptakan mahluknya dalam ragam bentuk, rupa, dan sifat; juga terus ada.

Tentu dalam tulisan  tersebut  tak lantas menuduh pencerita versi itu mengarang-ngarang. Namun tidak bisa juga lantas menafikan kisah anekdot. Meski fiktif  sifatnya, umumnya bertujuan baik. Ada yang ingin membangkitkan sense, menyentil dengan humor, namun tujuannya tidaklah buruk, meski sekadar membuat orang tertawa atau terharu.

Terkait dengan versi pertama, di situ ada Pangeran Jimat dan manusia cebol. Belum ada literatur yang menjelaskan hubungan manusia cebol dengan Pangeran Jimat yang bernama lain Raden Ahmad alias Pangeran Cakranegara III ini. Di pasarean tokoh yang dikenal keramat itu memang terdapat beberapa kuburan “mini”. Keterangan sejak jaman lampau yang tetap dikenal hingga kini, itu makam manusia kecil atau orang cebol.

Versi pertama di atas menceritakan jika orang-orang cebol (meski belum pasti yang dimakamkan di kubah Pangeran Jimat) adalah pengawal yang menjaga Labãng Mèsem. Entah dari mana sumbernya. Anggaplah itu benar. Tak jadi persoalan.

Lalu di mana masalahnya?

Pangeran Jimat seperti disebut di muka memerintah tahun 1721-1744 M. Kala itu pusat pemerintahan, kediaman raja, atau yang lidah masyarakat menyebut karaton, terletak di Kawasan Karang Toroy. Pusat tersebut dimulai sejak pemerintahan Pangeran Cakranegara I, alias Raden Abdullah (1589-1626), penguasa Sumenep ketujuh sebelum Pangeran Jimat. Lokasi itu terus bertahan hingga dua penguasa setelah Pangeran Jimat, yaitu Pangeran Lolos dan Ke’ Lesap. Baru setelah itu, yaitu di masa Ratu Tirtonegoro dan suaminya, Bindara Saot, pusat keraton pindah ke Pajagalan. Yaitu lokasi keraton yang bangunannya tetap ada hingga sekarang.

Jika demikian, sebutan  Labãng Mèsem di waktu itu jelas tidak tepat. Karena waktu itu bangunan keraton yang ber-labãng-kan mèsem itu masih belum ada. Bangunan itu baru ada di masa Panembahan Sumolo (memerintah 1762-1811 M), sang pembangun, yaitu pengganti Bindara Saot. Lokasinya juga di Pajagalan, bukan Karang Toroy. Jadi, versi ini selesai hingga di sini.

Tulisan bersambung :

  1. Penyebutan Labãng Mèsem Keraton Sumenep
  2. Meluruskan Perspektif dan Makna Labãng Mèsem
  3. Pendapat Ahli Tentang Labãng Mèsem

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.