Sumenep dan Perjuangan Politik Arya Wiraraja

Oleh: Syarif Hidayat Santoso *)

Illustrasi
Illustrasi

Bulan Oktober ini kembali kita memperingati hari jadi Sumenep, dimana hari jadi tersebut selalu dikaitkan dengan didelegasikannya Banyak Wide atau yang bergelar Arya Wiraraja menjadi Adipati Sumenep lebih dari 700 tahun yang lalu.

Sejarah adalah sesuatu yang bekerja menurut logika fuzzy. Dalam perspektif matematik, logika fuzzy selalu berkaitan dengan signifikansi dan presisi, dimana signifikansi diutamakan daripada presisi. Sejarahpun dapat ditulis dengan alur logika fuzzy. Artinya, sejarah sebenarnya lebih layak untuk membicarakan aspek signifikansi (arti penting) sebuah momentum daripada menemukan sebuah akurasi paling benar (presisi) dari momentum tersebut. Adalah tidak patut untuk selalu mempersoalkan keakuratan sebuah peristiwa sejarah justru dengan mengesampingkan dimensi nilai positif yang bisa dielaborasi dari peristiwa tersebut. Sejarah yang berperspektif logika fuzzy, dengan sendirinya membenarkan toleransi bekerja berdasar prinsip mencari nilai yang memiliki relasi terdekat dengan harmoni nilai-nilai unggul yang kita anut.

Sejarah yang baikpun pada dasarnya adalah sejarah yang mampu menulis dirinya secara total. Mengelaborasi sejarah orang kecil dengan sejarah kekuasaan sekaligus. Namun, sejarah yang ditulis dengan ”pendekatan istana’ juga tak dapat disalahkan, meski untuk itu sejarah berpotensi menjadi seperti apa yang dikatakan Braudel sebagai L’histoire evenementielle (sejarah individu). Banyak  jalinan sejarah nusantara ditulis dengan gaya ini, yaitu hanya meriwayatkan orang-orang yang berada di puncak kekuasaan semata. Karenanya, posisi-posisi politik seperti Raja, mahapatih, tumenggung, putri keraton, pangeran, permaisuri dan tokoh politik lainnya lainnya adalah tema-tema akrab dalam alur sejarah Indonesia. Sejarah kita memang jarang membicarakan tentang sejarah kebudayaan, sejarah ekonomi, sejarah kaum pinggiran dan individu-individu marjinal plus kebudayaannya.

Tulisan yang saya sajikanpun kali ini juga bekerja berdasar dua prinsip diatas yaitu berperspektif logika fuzzy dengan pendekatan istana. Dalam tulisan ini kita takkan membicarakan riwayat rakyat Sumenep pada masa Wiraraja atau sejarah kebudayaan massal komunitas Madura saat itu. Kita hanya akan membicarakan riwayat tokoh-tokoh politik yang membentuk spektrum jatidiri Arya Wiraraja sebagai poros kekuasaan lokal Sumenep dan juga regional Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.