Apa yang terjadi carok seperti yang telah disinggung di atas bahwa dalam carok tidak unsur budaya, carok hanya
Apakah tradisi itu budaya..? teradisi bukanlah budaya, karna teradisi hanya sebuah rutinitas masyarakat, dimana dalam tradisi itu sendiri masih belum ada sebuah kesepakat dan penilaiyan baik/buruk. Tradisi lingkupnya lebih mengarah pada individu, dan tidak akan dikenakan sangsi apa pun bagi yang tidak melakukan tradisi itu sendiri. Contoh kecil adalah tradisi orang Madura, membuang sebagian nasi yang diperolah dari selamatan orang mati, hajatan ketika baru baru datang dari hajatan, atau selamatan orang mati, dengan unka ataau hajatan tertentu.. Membuang sebagian nasi merupakan tradisi orang madura, namun dalam tradisi ini hanya sebagian orang yang mengikuti atau melaksanankan. Bagi anak muda tradisi membuang nasi kini jarang dilakukan karna tak ada sangsi apa pun terhadap orang yang melanggar tradisi tersebut. Lain halnya dengan budaya.
Sementara budaya merukan sebuah subsistem yang menjadi panutan pandangan bahkan jika orang tidak melakukan hal itu diklaim sebagain orang yang tidak baik, atau akan termarjinalkan oleh masysrakat. Taradisi bukan budaya, namun budaya merupakan sebuah tradisi, rutinitas masyarakat dan bagi yang mengingkarinya akn dikenakan sangsi moral. Contoh penyambutan tamu. Orang madura memiliki solidaritas, dan penghargaan yang tinggi terhadap tamu, dan itu merupakan budaya orang Madura. Jika ada orang yang tidak menyambut tamu dengan baik maka dia dianggap tidak sopan oleh orang lain, ada sangsi moral tersendiri.
Lalu bagai mana dengan carok, apakah carok itu budaya. Sepintas pandangan di atas bisa memberikan sebuah pandangan sebagai jawab awal. Kemudian kita melangkah sedikit, memasuki detail carok itu sendiri. Memang carok mereupakan bagian dari sekala yang ada di Madura. Orang Madura dengan letak geografis yang tandus, panas dan gersang, talah membentuk karakter tersendiri terhadap orang-orang Madura itu sendiri.
Dalam cerita rakyat (masyarakat) orang yang bercarok rata-rata mereka memperebutkan salah satu pasangan wanita, atau mengganggu, mengusik rumah tangga orang. Dari situlah muncul sebuah tendensi carok, tendensi itu merukan sebuah pengejawantahan, atau pembelaan, agar dia disebut jentelmen/jantan (laki-laki). Terjadinya carok terkadang karna dorongan terdekat famili, atau sekedar unjuk gigi dengan kelebihan (kekebalan tubuh) yang dimiliki. Contoh kasus sederhana yang terjadi pada salah seorang pelajar SMA Rudi, Dia memiliki pacar kemudian pacarnya selingkuh, dengan laki-laki lain. Pacar Rudi selingkuh dan diketahui teman-temannya, keudian temannya mengadu terhadap Rudi, disitulah terjadi pnghasutan dan sebagainya, yang pada endingnya Rudi bercarok dengan selingkuhan pacarnya.