Demung yang Tersingkirkan
Singasari mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Kertanegara, namun dibalik kesuksesannya itu ia banyak mengambil keputusan yang kontroversial dan lebih mementingkan peraasannya sendiri. Ini terbukti dengan keputusannya yang banyak menyingkirkan para anggota pemerintahan yang ada di dalam kerajaan. Selain itu keputusannya juga membuat rakyatnya mengalami kegelisahan. Keglisahan tersebut dapat terlihat dengan banykanya pemberontakkan yang terjadi pada masa pemerintahannya.
Banyak pegawai pemerintahan yang pada saat itu disingkirkan karena mereka tidak setuju denga politik luar negeri Kertanegara. Dari semua pegawainya tersebut ada beberapa yang melakukan pemberontakkan terhadap Kertangara seperti Mpu Raganata yang diturunkan menjadi ramadhyaksa di Tumapel, kemudian Tumenggung Wirakreti yang diturunkan menjadi mantri angabhaya4 dan Banyak Wide atau Arya Wiraraja yang diturunkan menjadi adipati di daerah Sumenep Madura Timur.
Namun pemberontakan pertama pada masa pemerintahannya bukanlah dari tokoh-tokoh tersebut melainkan dari Kelana Bhayangkara dan Cayarja. Meski pemberontakkan terebut berhasil ditumpas, namun pemberontakkan tersebut cukup membuat politik luar negeri Prabu Kertanegara menjadi terhambat.
Setelah semua pemberontakkan tersebut ditumpas barulah politik luar negeri kerajaan Singosari mulai dijalankan. Politik tersebut adalah perluasan wilayah kekuasaan kerajaan Singasari keseberang lautan yang lebih dikenal sebagai ekspedisi Pamalayu. Dengan adanya ekspedisi ini membuat kerajaan Singasari menjadi kosong, kosong disini berarti tidak adanya kekuatan yang cukup untuk mempertahankan kerajaan apabila mendapatkan serangan. Hal ini dimanfaatkan oleh Raja Muda Jayakatwang untuk menyerang Singasari atas saran dari Arya Wiraraja.
Mengapa ronggolawe memberontak?